*Udah mirip trilogi aja, udah sampe jilid III gini :D*
Emosiku terasa begitu labil belakangan. Bukan, bukan karena “tamu” rutin yang selalu datang tiap bulannya. Karena bukan masalah hormonal yang bisa ditolerir itulah makanya aku sibuk bertanya “what happened?”, dan tetap belajar untuk mengendalikan diri agar tidak menyesali perbuatan yang aku lakukan di luar kendaliku karena terbawa emosi sesaat.
Seperti biasa ketika aku sibuk berfikir untuk membenahi diri yang masih saja berantakan, pikiran-pikiran yang random itu akan bermunculan dengan liarnya, berlomba-lomba untuk mendapat perhatian. Ini beberapa di antara mereka:
- Anak bukanlah kain kanvas kosong yang bisa digambar bebas oleh orang tuanya, tapi mereka adalah bibit bunga yang tumbuh pada tanah. Indah atau tidak hasil bunga tersebut tergantung pada orang yang merawat, tanah tempat mengakar, iklim yang melingkupinya dsb.
- Ada alasan lain untuk seorang perempuan dan laki-laki pergi berdua selain 1) ada “rasa” 2) si pria gay ato si perempuan lesbi. Kali ini aku dengan lapang dada “menjilat ludah sendiri”, pertemanan tanpa embel-embel “rasa” itu ADA.
- Terkadang untuk mengatasi ketakutan akan hal-hal yang belum terjadi atau hal yang belum pernah aku alami sebelumnya, aku menggunakan prinsip bungee jumping. Oke memang aku belum pernah mencoba permainan itu, tapi ada banyak hal yang pernah aku lewati yang rasanya mungkin lebih menakutkan, mendebarkan sekaligus menantang daripada sekedar bungee jumping. Intinya sih: “Ya udahlah loncat aja, aku ga akan pernah tau rasanya sebelum aku mengalaminya. Jika aku beruntung, aku akan mendapatkan kesenangan yang luar biasa dan tak terlupakan. Jika hasilnya kurang memuaskan, aku juga masih mendapatkan pengalaman berharga. Kadang hal-hal yang di luar rencana akan lebih memorable“. Hmm kalo dipikir, memuaskan ataupun tidak, kedua-duanya mendatangkan keuntungan buatku :).
- Social media dan internet bisa mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Aku musti belajar lebih bijak juga dalam menggunakannya ^^.
- Aku dulu pernah berfikir kalo aku ga suka sama anak-anak, karena mereka berisik dan merepotkan :D. Hal ini pernah menimbulkan keparnoan: gimana bisa jadi ibu yang baik kalo sama anak-anak aja aku ga bisa “akur” >.< . Tapi memang benar istilah “tak kenal maka tak sayang”. From kids, we can learn many things :).
- Segelas cappucino di 7/11, seorang
tong sampahteman yang bersedia mendengarkan keluh kesah dan berdiskusi, adalah obat mujarab untuk penyakit “dada sesak” :D.
- Rasa peduli itu perlu ditumbuhkan dan dibiasakan. Terkadang memang keberadaannya dikalahkan oleh kata “males ah”.
- Berbagi tidak harus dengan materi. Jika kita merasa tidak memiliki sesuatu untuk dibagi, luangkanlah waktu :). Keberadaan kita bisa menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya bagi orang lain.
- No matter what they say about you, if you believe you’re walking on the right track, keep moving on.
- Jalan yang baik menurut Allah, memang benar-benar baik. Jika memang berbeda dengan keinginan kita, ikhlaslah. Dengan begitu kita baru bisa melihat countless kebaikan di balik rencana Allah itu. Namun jika kita tetap fokus pada hal-hal yang tidak bisa kita miliki setelah kita berusaha keras untuk mendapatkannya, maka selama itu juga kita akan menyiksa diri sendiri.
- Mengungkit masa lalu bisa menjadi kesalahan fatal meskipun si pelaku tidak menyadarinya. Cukup untuk diketahui bahwa pihak yang “berdarah-darah” untuk sekedar memperjuangkan sebuah kata: “move on” itu ADA.
- Aku khawatir, seandainya nanti penempatan kerjaku dan Jo di luar Jakarta, siapa yang akan membantu Mbak Dwi untuk menjaga anak-anak Taman Ilmu ketika Ozka ga bisa datang?
Demikian random thoughts season III dari aku ^^.