Grad Life

Eid Mubarak everyone!

How’s holiday going? I bet most of us feel lack of it. Through this post, I’d like to send you my apologize and surely I pray that we will be given a chance to meet the next Ramadan in a much better condition and faith.

About my school, current I am in 2nd semester holiday too and will be back to class on September 2013. Two semesters have passed, and I can say it was “pretty well” done. I had to face many challenges which can pump my adrenaline. Tight schedules for both of work and school drove me crazy, because in a week I ever experienced have three papers to be done, such participated in a Kerja-Rodi project. When I had to go out of town for business trip, I brought my books with me. At that time I rarely used the hotel’s bed in my room because I had to finish my paper and it’s hard to resist bed temptation, so I finished it on desk.

But overall, I say I have a great time in my graduate degree period. I met new friends, besties, lecturers, have new knowledge, something to be achieved, and many more. But the most important thing is I am working on my plan, something I’ve been dreaming of, even though it’s costly :D.

When you have dreams, keep the ambiance alive. Because sometimes, them fade away along with the hard reality if you don’t hold them tight.

It’s such a treasure when I found good friends that I can work and share things-beside-school-stuff with. Graduate school time isn’t merely about accomplish the study, but builds network too. No one will say it is easy to do your job and school at the same time. But, if we focus on the difficulties, we can’t enjoy the ride and chill.

Jumping from exact to social science environment was another issue. I got used to short and to-the-point answers, while social science asks the opposite. This adaptation gave me not-really-satisfy-IP for the 1st semester and I improved it on 2nd semester.

Pray me so I can graduate on time :). I pray good things happen for you too.

0000335_bachelor_graduation_bear_faculty_of_arts_and_social_sciences

Peace be upon you..

Iklan

(Sedikit Tentang) Wanita

Wanita bekerja, bukan karena dia tidak mempercayai (calon) pasangannya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan menafkahinya dengan baik.

Wanita bekerja, bagi saya, adalah aktualisasi diri, lebih dari sekedar materi, wadah untuk bersosialisasi dan meningkatkan kompetensi. Bukan sekedar mengisi waktu luang karena bosan berdiam diri.

Demikian juga mereka yang memutuskan untuk melanjutkan studi. Bukan karena arogansi dan gengsi, tapi bukankah wanita bagian dari pembentuk bangsa di ranahnya? Dengan ilmu yang dimiliki, pandangan yang didapat dari perjalanannya selama mencari, memperkaya apa yang akan diajarkan kepada penerusnya, lingkungannya.

Bangsa ini perlu mereka yang terdidik dan peduli. Dan sudah saatnya berbenah diri, karena kita adalah pembentuk negeri.

If you think you are nothing for your family, your society, your company, your country, then you are right.

September 2012 dan Kehidupan Baru

Ternyata saya sudah melewatkan beberapa bulan tanpa meninggalkan jejak cerita di sini 😀 #lebay. Sebenarnya postingan itu berguna bagi saya ketika menoleh ke belakang, melihat lagi apa saja hal yang pernah saya lakukan pada bulan dan tahun tertentu. Footprints gitu ceritanya :).

Awal bulan September tahun 2012 ini menjadi milestone yang penting bagi saya: meninggalkan comfort zone. Rutinitas yang tadinya berangkat mandi setengah enam pagi (atau lebih), ke kantor dekat, pulang kerja bisa seenaknya saja mau ngapain, weekend bisa main dengan teman-teman dan masih banyak lagi privilege dengan after office hours yang saya miliki.

Pindah ke Depok dan kuliah (seperti yang saya ceritakan di sini) berarti harus mengubah pola hidup, jauh berbeda dari sebelumnya. Saya mulai membiasakan diri untuk bangun setidak-tidaknya jam empat pagi (bisa jadi ke depannya lebih pagi lagi untuk mengerjakan tugas). Kemudian keluar dari kosan jam enam kurang untuk menuju ke stasiun. Seringanya sih bukan jalan ke stasiun, tapi jalan cepat setengah lari karna takut ketinggalan kereta :p.

Masalah belum selesai sampai di situ. Kalau menggunakan kereta Bogor – Stasiun Kota, sering kali jadi jantungan, deg-degan antara bisa masuk kereta apa enggak. Selama setelah lebaran, kereta makin sesak dan pintu CL (Commuter Line) semakin banyak yang tidak tertutup saking penuhnya. Akhirnya hal ini disiasati dengan naik kereta yang datang sebelumnya dengan tujuan Tanah Abang, turun di Tebet. Nah kalau sudah sampai Tebet bisa dibilang kereta Bogor – Stasiun Kota lebih longgar karena banyak yang turun di Cawang dan Tebet. Bisa keangkut kereta aja udah syukur, jadi kalau sampai bisa duduk itu adalah keajaiban :D.

Pulang kerja kembali berlari-lari supaya bisa ikut kereta jam setengah lima sore. Kebijakan PT KAI yang tidak menghentikan CL di stasiun Gambir sangat memberatkan. Padahal kalo berenti di Gambir, tinggal nyeberang aja udah sampai di kantor :(. Ga heran kalau berat badan saya yang tadinya di kisaran 52-54 Kg, belakangan ini stabil di angka 49 Kg.Baca selebihnya »

Kenapa (HI)?

Bulan lalu, saya memposting cerita tentang hadiah ulang tahun yang saya berikan untuk …diri saya sendiri :D. Tanggal 20 Mei 2012  datanglah pengumuman yang ditunggu-tunggu. I got the chance untuk kembali ke bangku perkulihan. Senang? Tentu! Daftar ulang juga sudah selesai dilaksanakan tanggal 14 Juni 2012 kemarin.

Selanjutnya, banyak komentar dan pertanyaan yang muncul dari orang-orang yang saya temui dan mengetahui keputusan saya untuk melanjutkan kuliah sebagaimana yang akan saya tuliskan berikut.

Kenapa kuliah lagi? Toh dari perusahaan tidak ada penyetaraan kenaikan golongan upah setelah lulus S2.

Tujuan saya kuliah lagi memang bukan untuk hal itu. Jadi ada atau tidaknya kenaikan tersebut, saya tetap akan melanjutkan pendidikan. Mungkin sebelumnya pernah saya tuliskan bahwa di perusahaan tempat saya bekerja saat ini, ada ikatan dinas 4 tahun yang harus saya penuhi. Saya juga ingin mengisi waktu 4 tahun itu dengan baik.

Biaya kuliahnya mahal..

Sudah menjadi kesepakatan bersama (rasanya) kalau biaya pendidikan akan semakin mahal setiap tahunnya. Apakah di Indonesia pendidikan dikategorikan sebagai investasi selayaknya rumah dan tanah? Harganya akan terus meningkat dan tidak pernah turun :p. Maka semakin ditunda, akan semakin besar juga gap biaya yang harus dipenuhi di tahun berikutnya. Intinya, semakin ditunda semakin menyesakkan kantong :D.Baca selebihnya »

Karena Hidup adalah Tentang Apa yang Kita Putuskan

Ada yang bilang kalau hidup adalah pilihan, menurut saya hidup adalah keputusan. Entah itu keputusan kecil (yang sekedar mau makan siang atau hadir di suatu acara) atau keputusan besar, semua yang diputuskan akan membawa kepada alur takdir yang berbeda. Semakin bertambah usia, semakin banyak pula keputusan yang perlu dibuat, yang sulit ataupun yang mudah.

Bulan lalu, saya memberi kado sebagai hadiah ulang tahun kepada…..diri saya sendiri *kok melas gitu kalo dibaca* berupa “tiket masuk” ke sebuah universitas untuk melanjutkan pendidikan (bisa dibaca di sini). Hasil tesnya diumumkan pada tanggal 20 Mei 2012 kemarin, ketika saya sedang di Belitung. Saat itu teman sekamar saya @magicaelly dan @LuluMaeez di tengah malam buta membuat keributan di kamar karena mereka mau menonton final Liga Champion. Saya kemudian ikut terbangun, bukan untuk menonton final tetapi untuk melihat pengumuman. Deg-degan. Diterima ataupun tidak, saya tetap deg-degan karena ada konsekuensinya masing-masing. Alhamdulillah saya diterima ^^.

Baca selebihnya »

Karena Pendidikan Adalah Hal Yang Istimewa (2)

Melanjutkan cerita sebelumnya. Sebenarnya, ada rasa enggan untuk menuliskan cerita demi cerita Karena Pendidikan Adalah Hal Yang Istimewa ini. Saya enggan untuk membuka kembali ingatan saya akan masa-masa itu. Tapi saya tidak ingin lupa akan apa yang telah dilakukan oleh orang tua saya, apa yang telah berhasil kami lewati bersama. Mungkin suatu saat anak-anak atau keponakan saya akan membaca halaman ini dan lebih mengenal kakek neneknya, belajar memaknai sebuah perjuangan dan mensyukuri apa yang mereka dapatkan.

Setelah saya menerima ijazah SD, dan secara resmi menyelesaikan pendidikan dasar saya di Singkawang (SDN 18 Pasiran, Singkawang), saya dan keluarga kembali ke kampung halaman, ke sebuah desa kecil yang terletak di bawah keagungan Gunung Kelud yang masyur itu. Terlalu sedihkah atau terlalu hilang harapan bahwa kami nantinya masih memiliki kesempatan untuk bertemu lagi, yang membuat saya urung menyampaikan kata perpisahan kepada teman-teman saat itu, saya pun sudah lupa.

Ketika kembali ke Jawa, kakak kedua saya masuk ke SMA bersamaan dengan saya yang masuk SMP, sementara kakak pertama saya naik ke kelas 2 SMA. Bapak dan ibu memutuskan untuk menggunakan uang yang selama ini mereka kumpulkan untuk biaya sekolah kami, anak-anaknya, dan modal usaha bapak. Rumah yang sudah tua, yang dibeli mereka sejak saya belum lahir, diabaikan keperluan renovasinya.

Ketika hujan deras, tak jarang ibu sibuk mencari baskom atau apapun yang bisa menampung air hujan yang masuk dari celah-celah genteng rumah. Jangankan air hujan yang masuk melalui genteng, rumah kebanjiran karena tanahnya yang lebih rendah dari jalan raya di depan rumah juga pernah saya alami. Sehingga ketika tetangga tidur lelap karena udara dingin hujan di malam buta, saya dan ibu (karena hanya kami berdua saja yang di rumah saat itu) harus terbangun dan membereskan banyak hal. Ternyata keluarga yang menyewa rumah kami selama kami tinggalkan, tidak merawatnya dengan baik.Baca selebihnya »

Karena Pendidikan Adalah Hal Yang Istimewa (1)

Saya ingin bercerita tentang masa kecil dan masa-masa saya memperjuangkan keinginan untuk mendapatkan pendidikan. Maybe I am nothing, but I hope my writing can bring something..

Ketika dipikir ulang, sepertinya saya sudah terbiasa dengan bekerja keras untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Ketika kecil, saya ikut bersama kedua orang tua saya untuk tinggal di manapun bapak ditugaskan. Bapak adalah seorang karyawan swasta yang menguasai alat-alat lapangan, gampangnya katakanlah bapak seorang teknisi atau operator.

Bapak hanya lulusan STM. Tapi yang saya salutkan dari beliau adalah semasa mudanya bapak sudah pernah merantau sampai ke jazirah Arab dan memiliki anak buah WNA yang juga merantau di sana. Foto-foto bapak semasa muda, berdiri di depan pesawat, mobil dengan plat negara-negara Arab, di dalam kapal atau sekedar hang out bersama teman-temannya masih tersimpan rapi di rumah. Hal ini sebagai bukti masa-masa “kejayaan”nya. Kalung emas yang bapak beli dulu sampai sekarang juga masih saya pakai. Ketika kami kesulitan uang, Ibu pun enggan untuk menjualnya, “sayang, untuk kenang-kenangan” katanya.

Setelah menikah, ibu tidak berkenan jika bapak merantau jauh ke luar negeri. Alasannya? Ibu seorang wanita, dan saya juga. Mungkin saya tidak perlu menanyakannya :). Meskipun janji akan limpahan materi ada di depan mata saat itu, tapi orang tua saya memilih pilihan lain, yakni tetap bekerja di Indonesia. Seingat saya, dan dari beberapa cerita yang pernah ibu sampaikan, sejak saya lahir kami sudah berpindah-pindah mulai dari Cilacap, Pangkal Pinang, Bangka, hingga ke Monterado.Baca selebihnya »

Not Ordinary Weekend

Beberapa minggu belakangan, saya tengah menikmati melakukan hal-hal di luar kebiasaan ketika mengisi weekend atau liburan. Biasanya kalau liburan bakalan mengunjungi mall (untuk sekedar makan, ke toko buku, atau nonton) atau cafe untuk bekerja. Dalam rangka penghematan, liburan tidak membeli tiket pulang atau pelesir dan meminimalisir nge-mall, jadi saya (dan kadang dibuntutin oleh @neng_rizka :p) melakukan hal-hal baru. Selain untuk coloring my days, kegiatan seperti ini juga akan menambah pengalaman dan kalimat “…oooh ada toh…” atau “ealah, di sini toh tempatnya” yang bakal keluar dari mulut kami.

Trigger dari hal ini adalah untuk menikmati weekend, get a life. Sebelumnya saya sering menyelesaikan (menyicil menyelesaikan tepatnya) pekerjaan yang tidak terselesaikan di kantor. Setiap weekend kok masih dihantui pekerjaan, mau mengerjakan hal lain saja masih terasa dihantui. Padahal ketika itu saya sudah melebihkan waktu kerja (baca: lembur aka melakukan kegiatan sosial karena memang tidak berbayar :D) dan ketika jam kerja juga tidak chatting bahkan browsing untuk hal di luar pekerjaan. Saya sudah sangat jarang menulis, membaca buku atau blog walking. Dan ketika saya pikir-pikir lagi, kok saya mulai tidak memiliki life balance. And at the time I decided I have to go home on time or as soon as possible and enjoy the weekend. I don’t want to be a machine.

Menurut saya, rutinitas pekerjaan, dan ketika saya tenggelam di arusnya, akan membuat saya kehilangan esensi dan rasa excited dari bekerja itu sendiri. Saya sudah merasakan malasnya berangkat ke kantor, karena mungkin merasa terlalu monoton dan tidak seimbangnya aktivitas otak kiri dan kanan saya. Working is not merely about getting money. Pekerjaan yang menarik adalah yang bisa membuat saya bersemangat ketika bangun pagi, menikmati ketika mengerjakannya, dan ketika jam pulang saya akan mengatakan “..cepet amat udah sore”. Namun ketika saya tidak merasakan hal tersebut, saya merasa perlu untuk mengkaji ulang apa yang saya lakukan. Pekerjaan, menurut saya, seharusnya hanya memakan sebagian porsi dari kehidupan. Sisanya masih ada ibadah, keluarga, hobi, passion, cita-cita dan lain-lain. Penghasilan yang didapat dari pekerjaan-lah yang digunakan sebagai alat untuk memenuhinya.

Okay, cukup intermezzo dan curcolnya 😀

Pada postingan kali ini saya akan menceritakan sedikit tempat atau kegiatan yang saya lakukan. Beberapa di antaranya sempat didokumentasikan melalui kamera hp saya. Enjoy 🙂

TransJakarta Tour

Karena kami (saya dan @neng_rizka) sepakat untuk menghindari mall, jadi kami memutuskan untuk melakukan tour dengan menggunakan Transjakarta. Ngapain itu? Ya mengelilingi Jakarta dengan menggunakan TransJakarta. Total damage-nya tidak lebih dari Rp 20000. Mungkin ada yang bakal bilang kami ini kurang  kerjaan, but we enjoyed it! Jadi duduk atau berdiri aja di dalam TJ dan melihat Jakarta ^^.

Peta jalur TransJakarta

Museum Tour

Selain untuk mencicil pelajaran sejarah, kanjungan ke museum ini bertujuan untuk mengambil pelajaran dari apapun yang disajikannya. Museum yang sempat kami kunjungi adalah Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahillah. Ketiganya berada di Kota Tua.Baca selebihnya »

Commitment With The Kids

I realize that I am not a good teacher.

Hal ini sering mengusik saya belakangan. Ketika anak-anak mulai bosan, atau mulai ramai sendiri di ruangan, then what should I do? Sebenarnya ketika hal seperti ini terjadi, saya, yang juga pernah menjadi pelajar, akan menyimpulkan bahwa every teacher has responsibility in making an exciting class. So it’s not too much when we say that:

‎”You can’t have a great school without great teachers. When you see a great teacher, you are seeing a work of art. You’re seeing a master, and it is as unbelievable as seeing a great athlete, or seeing a great musician.”

Waiting for Superman

When this thing happen, I put the blame on myself. So, I keep thinking how to be a nice companion for them while learning and spending a part of their Sunday in Taman Ilmu.

Lesson learned: keenness isn’t not enough, good methods are needed to make things work.

Saya termasuk orang yang gampang bosan jika suatu materi yang dijelaskan atau cara penyampaiannya gagal membuat saya tertarik. Apakah kebosanan anak-anak ini karma atas apa yang saya lakukan ketika masih sekolah atau kuliah? Berdoa agar bel istirahat atau bel pulang cepat berbunyi padahal masih 2 atau 3 jam di dalam kelas :D. Jadi, saya sadar betul ketika tidak bisa menarik perhatian mereka, berarti what I am doing isn’t enough to make them interested.Baca selebihnya »

Taman Ilmu Setiabudi

Mulai dari bulan Desember 2010 kemarin, aku meminta ijin kepada temenku, yang merupakan salah satu founder Taman Ilmu Setiabudi, untuk mengisi waktu luangku di hari Minggu pagi dengan menemani adik-adik Taman Ilmu.

Taman Ilmu Setiabudi

Taman Ilmu Setiabudi adalah sebuah taman bermain bagi adik-adik (TK s.d SMP) sekitaran wilayah Setiabudi dan Karet, Jakarta semenjak 5 Desember 2009. Adik-adik disini merupakan generasi-genarsi bangsa yang berasal dari keluarga sederhana (banyak yang kurang mampu) sekitaran setiabudi dan karet yang mempunyai semangat untuk belajar yang sangat tinggi walaupun dihari saat mereka seharusnya istirahat setelah seminggu full bersekolah. Tapi miris rasanya terkadang mendengar ada adik-adik yang tidak bisa ikut bermain (belajar) di Taman Ilmu karena harus membantu orang tuanya di pasar ataupun mencuci baju para penghuni kosan yang banyak tinggal diarea tersebut.

Di tempat inilah kami bermain sembari belajar.

Class                         :  Setiap Minggu, 10.00 – 11.30
Materi                     :  English (Menu Utama)
Materi Tambahan :
(1). Pengembangan Diri (Sikap-sikap Juara : Leadership, Teamwork, Creative, dll)
(2). Pembembangan Bakat (Painting Class, Singing Class, dll)
(3). Games-Games (Leadership, dll)
(4). Pengetahuan lain yang positif (Kesehatan, Teknologi, dll)

Tak lupa pula, disinilah kami bersama-sama mengukir Mimpi-mimpi kami dan mulai mengejarnya…

Taman Ilmu Setia Budi

Alamat :
TAMAN ILMU SETIABUDI
PAUD Melati, Samping Polsek Setiabudi
Setiabudi, Jakarta

Aku salut pada temenku ini, Johan, dan salah satu founder lainnya yakni Mbak Dwi. Mereka terus maju untuk mewujudkan keinginan mereka untuk mendirikan Taman Ilmu meski terbentur dengan banyak keterbatasan. Segala pembiayaan operasional dikeluarkan dari kantong pribadi para founder dan volunteernya. Beberapa sumbangan juga pernah diterima, misalnya berupa kamus dan meja lipat.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Sampai sekarang Taman Ilmu belum memiliki bangunan sendiri, masih menumpang di PAUD Melati milik warga setempat. Ruangannya sangat sederhana, ada dua ruangan: untuk TK dan SD. Jika PAUD dipakai untuk acara warga, maka Johan akan memutar otaknya untuk menemukan tempat lain. Intinya: agar kelas tidak libur dan adik-adik tidak kecewa. Kali kedua aku ke Taman Ilmu, kami belajar di taman bermain sempit di dekat PAUD. Sampai saat ini Taman Ilmu berusia 1 taun 1 bulan.

Kadang ketika aku cape’ dan enggan berangkat, membayangkan semangat adik-adik di sana bisa membuat rasa malasku hilang seketika. Ketika kami datang, maka mereka akan berebutan menyambut dan manciumi tangan kami. Hal ini menghangatkan hatiku :).

Jo selalu membawa permen, biasanya banyak permen sisa dari kegiatan classroom kami di PLC, untuk dibagikan ke adik-adik jika mereka bisa menjawab pertanyaan yang kami berikan. Kadang setelah sampai di Blok M, kami mampir dulu beli snack seadanya di Ramayana, untuk dijadikan oleh-oleh. Melihat wajah mereka yang gembira, terbayar lunas semua lelah kami :).

Minggu besok akan diadakan tes untuk memetakan kemampuan adik-adik, yang selama ini untuk yang SD masih dijadikan satu. Kami juga sedang memikirkan cara untuk mendapatkan papan tulis yang konon kata Jo harganya berkisar 600ribu rupiah-an. Semoga berhasil ^^.

Di sini aku juga belajar banyak hal, ya setidaknya latihan sabar kalo nanti aku sudah punya anak sendiri :D. Aku dulu berfikir mungkin aku tidak akan cukup sabar dalam menghadapi anak-anak, ternyata aku salah *sumringah*. Yap pada akhirnya semoga aku, teman-teman, adik-adik, dan Taman Ilmu akan selalu bergerak maju dan menjadi lebih baik.

Jika ada yang ingin bergabung, kami menyambut dengan tangan terbuka :).