First Date: Traveling ke Amerika Serikat [Part 2]

first date

Culture: perihal Menahan pintu dan tip

Perjalanan lintas negara lintas benua memang membawa banyak hal baru. Salah satu contohnya, di Jakarta saya tidak terbiasa menahan pintu untuk orang di belakang saya. Ketika hari pertama sampai di Milwaukee, saya masih membawa kebiasaan tersebut. Ujung-ujungnya disenyumin Mr. S dan dikasih tau kalau di sana mereka terbiasa untuk menahan pintu agar orang di belakangnya dapat keluar/masuk dengan nyaman. Gentle ya!

Mengenai tip, saya juga tidak terbiasa memberikan tip ketika selesai makan. Lha seringnya makan di warteg. Di sana, secara tidak tertulis, customer akan memberikan tip yang nantinya akan diberikan kepada waiter. Kata Mr. S sih biasanya 15% dari total bill. Tambahan income waiter bergantung pada tip tadi.Baca selebihnya »

Iklan

Mau Diantar Siapa? Pilihan Transportasi Wanita Lajang Ibukota

Selain pertanyaan kapan menikah, ada juga pertanyaan yang mengganggu bagi para lajang. “Dianter/Dijemput siapa?” Pertanyaan ini menimbulkan rasa kurang nyaman karena jawaban dari pertanyaan tersebut dapat mengindikasikan beberapa hal: status pernikahan, kemapanan ekonomi, tingkat pengiritan, hingga harga diri.

Beruntung teknologi telah mengubah cara manusia berkomunikasi, termasuk juga dalam menyelesaikan permasalahan hidup seperti di atas. Jika diberikan pertanyaan tersebut, kini saya bisa segera memberikan jawaban bagi sang penanya semudah 1 2 3 karena semakin banyak pilihan transportasi di Jakarta.

Bagi para wanita lajang ibukota, sudah bukan saatnya Anda merasa khawatir atau galau jika hendak bepergian. Berikut alat transportasi umum [yang beberapa di antaranya dapat diprivatisasi aka tidak perlu berdesakan dengan penumpang lain] yang dapat digunakan. Disclaimer: tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi.

Baca selebihnya »

Bagaimana Bekerja di Organisasi Internasional dari Kacamata Saya – Pengalaman 10 tahun bekerja di Sekertariat PBB di Jenewa

Just A Reminder 🙂

Cerita untuk Indonesia

Saya mengakui bahwa pengalaman masa kecil seseorang dapat memberikan sebuah ide yang kemudian memberikan arahan untuk masa depan. Saya besar di Hong Kong bersama keluarga saya. Sewaktu itu ayah saya bekerja sebagai wiraswasta di sana selama 11 tahun, ketika saya berusia 3 sampai 14 tahun. Pengalaman internasional di masa kecil ini yang kemudian membentuk jiwa yang selanjutnya membawa saya untuk dapat bekerja di lingkungan internasional. Ini membawa kenyamanan tersendiri bagi saya sehingga saya selalu bercita-cita untuk dapat bekerja di lingkungan internasional.

Untuk dapat merealisasikan apa yang saya inginkan tersebut, saya bekerja di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan kemudian mendapatkan penempatan pertama di Jenewa. Penempatan inilah yang kemudian memberikan saya kesempatan bekerja di Sekertariat PBB di Jenewa. Kini saya menjabat sebagai Kepala Implementation Support Unit Konvensi Pelarangan Penggunaan Senjata-senjata Konvensional Tertentu (CCW), United Nations Office for Disarmament Affairs, Geneva Branch.

Tepat pada tanggal 1 Juli 2002 saya mulai bekerja di…

Lihat pos aslinya 1.436 kata lagi

Pantang Pulang Sebelum Padam

Karena bekerja di oil and gas company, maka mengikuti training HSE (Health & Safety Environment) menjadi hal yang mandatory. Pada awal bulan Juli kemarin, saya telah diberi waktu rehat dari rutinitas ke kantor selama 1 minggu untuk mengikuti training HSE di Palembang. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di sana :D.

Kesan pertama saat tiba di Palembang adalah: panas! Ga beda sama Jakarta.

Jarak dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II ke dormitory di Sungai Gerong sekitar 1 jam perjalanan. Bis jemputan juga melewati Jembatan Ampera yang merupakan simbol kota Palembang. Sayang sekali rasanya ketika melihat jembatan ini karena banyak coretan di mana-mana, yang sangat mengurangi esensi dan keindahannya. Menurut saya ini adalah salah satu permasalahan yang ada di Indonesia, kurangnya sense of belonging dari sebagian warganya terhadap fasilitas umum.Baca selebihnya »

Di Buang Sayang

Saya senang mengambil gambar dengan menggunakan hp, entah sekedar untuk iseng atau kenang-kenangan untuk diposting dan disimpan. Karena (saya lupa sudah berapa lama) memory card di hp saya tidak bisa digunakan sebagai main storage untuk menyimpan hasil foto, jadilah saya sering kekurangan storage media. Harus dihapusin dulu, baru bisa mengambil gambar baru. Padahal saya ini orangnya malas sekali untuk beberapa hal seperti nge-charge hp dan memindahkan data dari hp ke laptop.

Ini adalah meja baru saya. Sayang motonya dari samping. Kalau saya menghadap lurus ke depan, akan terlihat wajah mas Said yg errr gedung bertingkat, pohon kelapa, pohon hijau lainnya, dan kereta api yang sedang lewat. Itu ada cuddlie, karena dia enak banget untuk diuyel-uyel. Bantal hijau yang ada di kursi itu saya beli di Ace. Lucu-lucu ya barangnya di sana *ke mana aja mbaaaak?*.

Selain bantal, di Ace Hardware saya juga menemukan pengharum ini. Enak deh baunya :).

Ini foto pas lagi donor darah yang ketiga kalinya. Entah kenapa, donor darah yang kali itu kok rasanya agak sakit ga seperti biasanya. Pas diliat-liat, ternyata kok gede juga ya jarumnya :D.

Kenalkan, ini Tahira :p, temen sebatch yang sesama anggota SAP Module. Dia duduknya di sebelah saya sejak pertama kali kami OJT dan sampai sekarang. He’s kind of person where you can ask for many things. Awesome! Karna itu kali ya, makanya rambutnya rontok :lol:. Kalo saya lagi bosen, biasanya dia yang saya kerjain, tapi dia lebih sering bikin saya ngomel :p *bukannya emang hobi ngomel ya?*.

Nah ini dia, salah satu yang dilakukan Tahira di bawah meja. Kok ya bisa-bisanya gunting kuku kaki di kantor ckckckck.

Ini adalah pemandangan sore hari yang selalu saya lihat, sebelum saya pindah di ruangan baru. Ga perlu jauh-jauh berburu sunset, ada di depan mata. Subhanallah :).

Nah ini dia coffee brulee (ah atau apa sih namanya) yang selalu saya pesen di Anomali Coffee, enak deh, coba yuk ;). Emang sayang sih awalnya mau diminum, la bentuknya bagus hehehe.

Ini neng rizka pas lagi banci-bancinya upload foto pake hp baru *dilempar iga*. Ini kami lagi makan di Pasfes, di Tekko ato apa gitulah namanya, ingatan saya ga gitu bagus :D.

Ini adalah makanan yang saya pesen dengan Mas Eriek sebelum dia berangkat menjadi TKI di Singapura :lol:. Kami dinner di Mi Item Plaza Indonesia. Pizzanya itu looooh enaaaak banget *ngiler lagi*.

Mungkin itu dulu yang dibuang sayang dari hp saya kali ini. Seneng akhirnya bisa posting lagi hihi. See yaa soon..

I Don’t Care Although You Have 10 Cellphones

Yesterday, like another Sunday, I went to CCF Salemba by using Transjakarta from UKI shelter. It takes bit longer time when I arrive there more than 7.20 am to catch Transjakarta with Harmoni, Senen or Ancol as destination. It took about 10-15 minutes until Transjakarta Harmoni arrived.

This time I got small bus and crowded, so I didn’t get a seat and I had to stand till UI Salemba shelter. In the middle of my way to CCF, a young man made a call for his friend. He said he lost his Blackberry before he entered the bus, someone had stole his cellphone. He started talk to his friend, and I started to control myself. I can’t translate what he said in english, because it will decrease its meaning.

Gue habis kecopetan, seriusan. Gue tadi kan naek angkutan, trus turun di UKI mau ke Tanjung Priok. Pas mau turun, ada mas-mas di pinggir pintu yang ga mau geser. Gue jadi kesusahan pas mau keluar.

Tadi si blackberry habis gue pake BBM an, gue taro di kantong jaket, gue kan BAWA TIGA hape, yang dua gue taroh kantong clana. Pinter banget copetnya, milih si Blackberry.

Eh si BB gemini skarang brapa ya? Oh, nggak ah gue ga mau yang itu (he mentioned a BB type). Gue mau beli BB yang baru aja. Brapa sih itu skarang?

Eh ntar gue pinjem kartu kredit lo aja ya. Soalnya kemaren pas cewe gue tanya, gue bilang kalo CC gue ga bisa dipake. Ntar ketauan lagi kalo gue beli BB pake CC gue. *:lol:*

He made the call for about 15 minutes and every time he said “Blackberry”, his voice will be louder. I didn’t know the urgency of telling your privacy in front of public. Didn’t he feel ashamed?

Hey, young man, I don’t care what kind of phone that you have; BB, iPhone, Samsung, Nokia or whatever. It won’t make me put more respect in you. And, I think all of us need to learn how to behave in public :).

Aku vs Manajemen Waktu

Pernah merasakan kalau waktu 1×24 jam dalam sehari masih terasa kurang untuk menyelesaikan pekerjaanmu? Aku rasa semua orang pernah merasakan hal seperti ini.

Time is moving faster. Even though sometimes I am bored with my routine, I keep trying to walk on the right track: do something useful so I won’t regret it later for letting time slip away easily in front of me.

Belakangan ada beberapa hal yang harus aku lakukan, dan sayangnya aku juga merasa cukup kelelahan ditengah rasa excitedku. Waktu pulang kerja yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan hal lain di luar urusan kantor, jadi hanya terpakai untuk tidur. Ditambah lagi badan kurang fit karna sepertinya kaki kananku terkilir dan belum sembuh sampai sekarang. Rencana untuk “tidur dulu ah sebentar, ntar tengah malem bangun lagi” hanya jadi isapan jempol semata. Dan it makes me feel guilty, for wasting time.

Jadi sebenarnya yang menjadi kunci utama sumber permasalahanku sekarang adalah manajemen waktu. Sepertinya aku harus mengakui bahwa manajemen waktuku masih termasuk buruk, meskipun aku sudah melakukan beberapa perubahan ritme keseharianku. Manajemen waktu ini berkaitan juga dengan urutan prioritas dari hal-hal yang tercantum dalam to do listku.

Perubahan ritme ini adalah salah satu cara untuk menjaga passion yang aku punya agar tidak hilang begitu saja seiring dengan rutinitasku yang hanya berkutat pada kantor dan CCF, dan juga sebagai alat untuk coloring my days karena diisi dengan beberapa hal selain office thing. Tak jarang karena terlalu larut dalam pekerjaan, kita jadi melupakan mimpi-mimpi atau passion yang pernah kita punya sebelumnya. Dan aku tidak ingin hal ini terjadi padaku.

Ketika aku dihadapkan pada masalah “o o, aku belum mengerjakan ini, belum mengerjakan itu, sementara waktu dalam sehari tidak bertambah semenitpun”, maka hal yang aku lakukan adalah:

  1. menuliskan my to do list
  2. mengurutkan prioritasnya
  3. membuat jadwal untuk masing-masing “to do” tadi
  4. berkomitmen untuk menjalankan jadwal dengan (sedikit lebih) disiplin

Jangan sampai beberapa waktu ke depan kita merasa menyesal karena telah melewatkan waktu yang ada sekarang begitu saja, tanpa melakukan sesuatu yang berguna dan menyenangkan setidaknya untuk kita sendiri. Every good thing deserves to get our attention ^^.

Nb: Maaf kalo tulisannya belibet, lagi rada banyak yang dipikirin *sok sibuk* heheh

A Walk To Remember #1

I love documenting moments, because someday i’ll read this blog again and put a smile on my face while remembering the past.

This time i’d like to write down a short story from my dinner with Mbak Tiar, she treated me frankly ^^. I got a treat because i won the bet she made.

I ever said to her “Why, why i cant stop talking though i’ve to talk alone? “. And suddenly, maybe that time she felt bored and needed someone to cheer up the day, she said that she wants to make a deal with me. The deal was if i can keep shutting my mouth up for 1 hour, then she’ll treat me. Though i felt doubt to take the deal initially, i won the deal finally ^^. Baca selebihnya »

Relationship Advice For Engaged Idealists

For you, love is the Alpha and Omega in life – you simply can’t be happy without it. No other type falls in love as quickly, strongly, and passionately. That has a lot to do with your limitless enthusiasm, and that does not only apply to things, but to people as well. When you love someone, you put him/her on a pedestal, surround him/her in a blaze of glory, and idealize him/her to the point that the people around you occasionally begin to doubt your soundness of mind.

Interestingly enough, you are normally blessed with excellent antennas for nuances. However, when you are in love, some systems appear to be defective: You won’t see a single spot on the white shining armor of your dream prince/princess, because you are convinced that he/she is a pure angel who fell from the clouds and landed right at your feet.

For the “target” of your affection, this passion is simply overwhelming. Who would not love to be raised into heaven, to be showered with your unconditional adoration and admiration? You court the partner of your choice with infinite imagination, empathy, and charm giving him/her no chance to resist. If you chose well, this can end in a long and happy relationship because you are a faithful and dedicate person who is willing to invest a lot into the partnership. In the long run, it is always given the most important priority in your life. As far as you are concerned, you entered a union for life, and you take nothing more seriously than the obliga-tion you took on out of love. Dedicated, you try tirelessly to divine your partner’s wishes before he/she is aware of them him/herself, and if at all possible, immediately satisfy them.

Taken from here.