Tahukah kamu kalau Indonesia akhirnya memutuskan keluar dari OPEC (Organization of The Petroleum Exporting Countries) pada tahun 2008, setelah bergabung sejak 1962, karena resmi menjadi net importer minyak? Berdasarkan data dari BPPT dalam Outlook Energi Indonesia 2011, proyeksi laju produksi minyak mentah Indonesia menurun rata-rata sebesar 6.6% per tahun dari 346 juta barel pada tahun 2009 menjadi 265 juta barel pada 2014, sementara pertumbuhan tahunan rata-rata atas permintaan BBM menurut Indonesia Energy Outlook 2010 adalah 5.4%. Dengan data-data tersebut, diperkirakan pada tahun 2027, Indonesia menjadi net energy importer dikarenakan pesatnya kenaikan permintaan energi.
Peningkatan permintaan atas energi adalah dampak dari pertumbuhan dan mobilitas penduduk, serta industri yang menjadi bagian dari fenomena negara berkembang. Penduduk yang mengalami kenaikan taraf hidup akan melakukan konsumsi energi yang lebih besar daripada sebelumnya, dikarenakan telah memiliki kemampuan untuk membeli alat transportasi ataupun elektronik yang tadinya tidak terbeli. Mobil, motor, tv, komputer, ac, kompor, hp adalah sebagian contoh dari barang sehari-hari yang ada di sekeliling kita dan memerlukan energi.
Bisa membayangkan bagaimana jika negara kita mengalami krisis energi?
BBM yang langka bisa memicu konflik (seperti yang sering kita lihat di berita-berita ketika terjadi kelangkaan BBM di beberapa daerah maka akan terjadi antrian panjang yang tak jarang berujung pada aksi demo), kereta yang tidak terpenuhi energi listriknya tidak dapat beroperasi, rumah dan kantor-kantor akan gelap dan tidak bisa beraktivitas karena ketiadaan listrik, tidak dapat memasak kecuali menggunakan kayu bakar, tidak ada lampu di malam hari, hp yang lowbat tidak dapat di recharge, jalur komunikasi terputus dan segala keadaan tadi akan menimbulkan kerusuhan yang membahayakan stabilitas negara serta kelangsungan hidup kita sendiri. Seringkali kita menganggap remeh atas apa yang mudah kita temukan sehari-hari, padahal hal tersebut sangat krusial dan kita akan “lumpuh” tanpa kehadirannya: energi.
Nah, sebenarnya kita sangat bisa turut berpartisipasi untuk menghambat laju konsumsi energi. Ingat: every small act counts dan semuanya berawal dari diri sendiri! Para pengguna kereta atau lebih sering disebut roker (rombongan kereta), saya termasuk di dalamnya, dan pengguna sarana transportasi publik adalah mereka yang turut serta melakukan penghematan konsumsi BBM. Diperkirakan dalam sehari Commuter Line (CL) mengangkut 400.000 penumpang. Bagaimana jika penumpang CL ini memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi? Selain macet, maka polusi dan konsumsi BBM juga pasti meningkat drastis!

Tidak bisa dipungkiri jika sarana transportasi publik di Indonesia masih perlu melakukan banyak perbaikan. Namun demikian, bukan menjadi alasan bagi kita untuk tidak andil dalam menghemat energi. “Kalau naik kereta pasti desak-desakan”, pasti sering kan mendengar komentar seperti itu? Dengan berangkat lebih pagi sebenarnya dapat dikatakan “sekali dayung dua pulau terlampaui”, semakin pagi kita meninggalkan kamar/rumah, maka konsumsi energi di rumah juga menurun karena kita mematikan lampu dan alat elektronik lainnya lebih awal. Selain itu, kereta dan transportasi publik lainnya juga pasti lebih lengang jika kita berangkat lebih pagi :).
Kalau kata Mahatma Gandhi sih
“Be the change you want to see in the world”.
Mari menjadi agen perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Kurangi konsumsi energi, kurangi beban negara!
*Gambar diambil dari kenney-mencher.blogspot.com
-6.247447
107.148452