How To Deal With The Things That You Dislike

It is true that many times reality does not go as expectation planned (I prefer to use the “planned” word because I don’t like to have any expectation). Before things happen, we often think about how they should run, until imagine the results that we should get. And we will feel disappointed when they don’t happen as predicted.

I was a pessimistic person, and it’s not that easy to have positive mind. When I felt tired to be pessimist, I knew that I have to do something “change my point of view and try to put everything negative (the things that I dislike) on positive track”. I keep believing, behind every bad thing there are some good things that God’s planned to us.

Lately, I have to face some things that little uncomfortable such as:

  • today I have to move back to Simprug. I and many friends of mine think that we won’t get lovely things and easiness as we got here (include various foods and adorable advisers ^^).
  • have to do never ending adaptations.
  • can’t change clothes as much as I did in Cikarang (because laundry here are limited).
  • etc.

So, to minimize my disappointment, I decide:

  • to see in a good way about this move; I’ll get new room (the building is still new) with a modern room design, samsung tv on the wall and good lighting so I can learn comfortably, even though the room is smaller than I got here.
  • to think that the more I do adaptation, the more I’ll learn about people and how to react. When I got “Kemampuan interpersonal skill dalam dunia bisnis” I was happy and excited, and the teacher said that I have a good skill to communicate. When I said I love to learn bout psychology, she said that I should continue my education and take the psychology even though my bachelor is IT. So, with this never ending adaptation process, I’ll learn about one of psychology thing for free ^^.
  • about the clothes, I think it’s not a big deal :D.

So pals, when you have to face unfavourable things, don’t hurt your self. The more you hate, the more you feel disappointed. Face it happily, think about the positive things, take a deep breath and make peace with your mind ^^. We’ll be great ;). And remember that:

Have a nice sunday all :).

 

Iklan

Hi Arian, Are You There?

I’m a kind of person who like to find something interesting related with myself. So, in the middle of opening my French books, my fingers opened twitter and typed “@zodiacfacts” there ^^.

I do not think that the characteristics of people based on the zodiac is divination. Because it doesn’t tell me about my future at all, just kind of umm..common nature of people who born at the same period. That’s all. But, CMIIW. And maybe it can be a mirror,  reflects our flaws clearly :).

Here are the things that I’ve got from twitter, because I want to know more about Aries 😀 :Baca selebihnya »

Small Things for A Better Living

Belakangan aku memperhatikan kalau semakin hari rasa kepedulian kita terhadap sesama semakin berkurang. Entah ini hanya dari aku saja yang berubah, atau mungkin memang demikian adanya. Hal ini bisa juga dipengaruhi oleh faktor geografis di mana kita tinggal, apakah di kota besar atau di pedesaan dan kota kecil.

Sebagai contohnya aku akan membandingkan Jakarta dan Jogjakarta. Sebagai pelanggan tetap TransJakarta, baik yang berwarna abu-abu maupun orange, aku sering memperhatikan perilaku baik dari penumpang maupun dari pihak TransJakarta. Aku terkagum-kagum sekali ketika menggunakan TransJogja, perbedaannya 180 derajat.

Di TransJakarta, orang akan berlomba-lomba untuk mendapatkan bangku, jarang saling melemparkan senyuman apalagi berinteraksi, yang ada malah memasang tampang garang dan muka ditekuk jika orang lain tidak sengaja menyenggol atau melukai badannya (yang sebenarnya hal ini tidak dapat dielakkan mengingat TransJakarta seringkali padat dan direm mendadak). Petugasnya pun kadang emosi karena penumpangnya kurang tertib, dan aku pernah melihat sendiri si petugas sampai membentak penumpang karena tidak mau menggeser posisi berdirinya. Intinya: TransJakarta kurang ramah.

Sementara TransJogja, setiap akan berhenti di shelter maka petugas akan memberitahukan kepada penumpang dengan kalimat yang dihafal di luar kepala dengan ramah dan lengkap. Kurang lebihnya seperti ini:

Pemberhentian selanjutnya adalah Halte Malioboro 1. Perhatikan barang bawaan Anda, berhati-hatilah melangkah dan kami ucapkan terima kasih.

Kalimat di atas akan semakin panjang jika keadaan bus sedang sesak, karena petugas akan mengingatkan penumpang untuk menjaga barang bawaannya dan berjaga dari pencopet. Para petugas juga dengan ramah akan menjelaskan rute yang ditanyakan penumpang untuk menuju ke suatu tempat.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kota di mana kita tinggal, tapi pembawaan masing-masing individu yang akan menentukan warna dan suasana dari kota tersebut.

Aku pernah memposting hal sejenis di sini, dan beberapa hari lalu aku teringat pernah membaca (kalau tidak salah) tulisan seorang teman yang ingin melakukan 10 kebaikan kecil setiap harinya *sorry, I’m not good in remembering something*. Great idea indeed ^^. Aku pernah membaca juga, jika kita memiliki niat baik, Allah akan mencatatnya walaupun kita belum merealisasikannya. Wonderful!

Tidak ada sedikitpun niat untuk menggurui di sini, karena aku tau kecepatan mulutku lebih cepat daripada otakku sehingga aku sadar aku banyak melukai perasaan orang lain *jedotin kepala*. Dan siapapun yang membaca postingan ini, yang pernah aku sakiti baik sengaja maupun tidak, aku minta maaf dengan tulus 🙂 *mohon dimaafkan segala kebodohan dan kekhilafanku*.

Hal-hal kecil yang bisa dilakukan for a better living, yang terlihat sepele namun bisa memberikan dampak yang luar biasa adalah:

  1. Tersenyum, mengucapkan: salam, maaf, terima kasih, dan tolong. Aku tau mukaku memang ada garis galaknya, tapi kalau sudah kenal, aku cukup ramah kok ^^.

    damncoolpics.blogspot.com
  2. Mari biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya. Jangan hanya sekedar melemparkan keirian atas kebersihan negara lain, mari awali dari diri sendiri ^^. Jika mereka bisa, kenapa kita tidak?
  3. Jika sedang not in a good mood, katakan saja kepada orang di sekitar dengan baik-baik untuk menghindari keluarnya kata-kata yang akan disesali kemudian 🙂 *pengalaman pribadi*.
  4. Minimalisir mengomentari urusan orang lain, apalagi yang menyangkut hal-hal yang sensitif: misal berat badan, status, dan lainnya. Bukankah kita masih banyak urusan yang perlu diselesaikan daripada sekedar menghabiskan waktu untuk mengurusi urusan orang lain? Jika sekiranya hendak melontarkan kalimat yang menyakiti orang lain, tutup mulut dengan telapak tangan, tahan sebentar dan jika sudah “tertelan” lagi baru lepaskan ^^.
  5. Meminimalisir menggunjingkan orang. Konon kabarnya hal-hal seperti ini yang banyak menjerumuskan para wanita ke neraka >_<.
  6. Berbagi dengan sekitar walaupun itu hanya sedikit, misalnya: makanan, uang. Sedekah tak akan membuat kita miskin :).
  7. Belajar berhemat *ini susah sekali*, membedakan antara lapar mata, keperluan dan keinginan. Sifat hemat ini ga bisa muncul secara instan, tapi harus dibiasakan. 
  8. Menghormati orang lain. Secara teori sih seperti membalikkan telapak tangan, tapi jika kita lihat lagi rasanya ini menjadi hal yang mulai dilupakan urgensinya.
  9. Meluangkan waktu untuk membantu orang lain. Ga perlu jauh-jauh, misalnya ada yang butuh “tong sampah” dan orang untuk mendengarkan, luangkan lah waktu sejenak karena it means a lot for them ^^.
  10. Belajar berlapang dada jika mendapatkan kritik *susaaaah ini >_<*.
  11. Membaca doa setiap akan melakukan kegiatan (yang baik) dan mengucap syukur (alhamdulillah) ketika mendapatkan rezeki meskipun sedikit. Hal ini berguna untuk mengingatkan kita akan banyaknya nikmat yang diberikan Allah dan jarang kita syukuri.
  12. Memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, misal melakukan hobi, istirahat, membaca.
  13. Menjalin hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah yang akan menolong kita jika kita mendapat kesulitan dan jauh dari keluarga.

Dan masih banyak lagi. Karena ada hal kecil, maka hal besar itu nyata.

CMIIW.

A better world is possible. And we’ll make it, because we care :).

Tanggung Jawab atas Inspirasi

Belakangan aku memikirkan mengenai tanggung jawab yang dibawa oleh setiap orang tentang apa yang dikatakan, dituliskannya, dibuatnya melalui berbagai media dan “menginspirasi” orang lain.

Misalnya ada pasangan muda mudi yang sedang berpacaran di luar sana, yang terinspirasi untuk melakukan hal yang sama seperti yang dituliskan pada novel atau blog yang baru saja dibacanya karena dia merasa hal itu romantis:

“we’re kissed each other under the rain”.

Dosakah sang penulis?

Misal ada seorang perempuan yang mengenakan gaun yang mengumbar daerah-daerah yang seharusnya ditutupi, maka apakah sang designer, sang penjual, juga memikul tanggung jawab atasnya?

Misal aku menulis di twitter atau facebook:

“Why some cute guys decide to be a gay?”

dan hal ini menginspirasi pria-pria di luar sana menjadi gay hanya untuk membuat mereka merasa “cute” (jika hal ini terjadi, I’m in a big trouble >.<).

Misal, mas James Blunt nulis lirik lagu:

I’ve kissed your lips and held your head.
Shared your dreams and shared your bed.
I know you well, I know your smell.
I’ve been addicted to you.

Hal ini tidak akan menjadi masalah untuk yang telah menikah. Tapi jika yang terinspirasi masih lajang? Apa Mas James juga menanggung dosa atas lirik lagunya yang menginpirasi?

Misal ada seseorang perempuan bunuh diri setelah diejek gendut oleh temannya, padahal mungkin saja dia sudah mati-matian berusaha menurunkan berat badannya. Seberapa besarkah tanggung jawab orang yang mengejeknya tadi atas hilangnya nyawa perempuan tersebut?

From this thing, I learned that I have responsibility for everything I do. So, I have to be more careful.

I talked bout this with her, and she wrote:

‎‎RIZKA ZAKIYAH[9:21 AM]:
jangankan buku, kata2 dan tulisan ngasal aja itu jg tanggung jawab kita
bionya tmnku di twit masa
be responsible with ur tweet

Sometimes small and trivial things bring great responsibility.

Be careful, all 🙂

Jakarta and The Things I Hate About

Things that amaze me when I visited Phuket and could be never happen here were:

  1. People around there used horn rarely. It made the city so peaceful.
  2. They completely applied “queue” term. When I had to use toilet, people who came first stood in a line and not in front of each door in the toilet. If a door opened, then the first person in queue would get her turn.

I can say that people here use horn excessively. Why you don’t try to be patient just for a bit? It drives me crazy and mad every time I hear people pressing their horn repeatedly. It makes me want to hit them with baseball stick >_<.

Hey, smokers, this city isn’t yours! How could you throw your cigarette ash out of your window innocently? Do you ever think about sin that you’ve made for being a selfish person and harm others?

And the last one is thing that happen most of the time when I am in Jakarta. I keep asking myself, why it’s hard to trust people there? and I feel bad about this, honestly. I know it’s not nice, but I can’t restrain my head for thinking something bad could happen if I don’t keep my eyes open (except if I’m in a bus, I sleep often).

(Nobody Wants To Be) The Man Who Hardly To Be Moved

Sepertinya lagu “The Man Who Can’t Be Moved” milik The Script adalah lagu kebangsaan sejuta umat \m/.

Seriously, moving on for some  people is an agony. But we have to believe, every effort is useful stride and not a wild goose. Ya ya, kadang rasanya seperti sebelah kaki kita berniat untuk melangkah ke depan,  tapi kaki yang satunya terjebak dalam perangkap tikus yang entah dipasang oleh siapa. Sakit? Tentu saja ^^.

Time will heal, of course. Masalahnya adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk benar-benar bisa move on? Sehari, seminggu, sebulan, setahun ato satu dekade? *ngetok meja 3x, amit-amit de*.

Dalam proses healing inilah masalah dan (yah untuk kerennya katakanlah) tantangan akan bermunculan. Yang perlu dipersiapkan adalah mental, tissue dan beberapa perangkat lain tentunya (yang akan aku sebutkan di bawah). Ga jarang, proses ini menimbulkan perang batin yang melelahkan yang mungkin terjadi antara keadaan sadar vs perasaan *alaaah*. Untuk lebih gampangnya, aku akan menyebut orang yang perlu untuk move on ini sebagai “penderita” dan pihak yang menyebabkan adanya penderita disebut saja dengan jerk “tersangka”.

Berdasarkan pengalaman *halah curcol*, ada beberapa step yang bakal dilalui oleh penderita dalam proses healing:

  1. Bleeding scars, ini adalah step awal. Rasa nyerinya luar biasa :lol:. Karena kalo diumpamakan, maka ini adalah luka baru yang muncul setelah penderita terkena kecelakaan (misalnya). Belum diobati apapun, masih berdarah-darah dan melepuh *ouch*.
  2. Unstoppable tears. Jelas, ini adalah efek manusiawi dari step pertama. Hati terasa berat untuk dibawa ngapa-ngapain, pengennya tiduran ato menyepi. Pada tahap ini, penderita bisa nangis di manapun dan kapanpun setiap kali bertemu dengan hal yang mengingatkan pada tersangka. Hal-hal tersebut bisa berupa: sms, foto, facebook, lagu, aroma parfum, makanan kesukaan tersangka, harta gono-gini pemberian tersangka, tempat yang pernah dikunjungi, film, dan banyak lagi. Dalam step ini, tiba-tiba akan sangat banyak hal yang bisa mewakili perasaan penderita dan mengingatkan penderita pada tersangka. Dan satu-satunya alasan yang masuk akal untuk menjelaskan mengenai fenomena alam ini adalah: kepala penderita masih dipenuhi oleh tersangka, rasa benci, dendam, sakit hati dsb. Sebaiknya kendalikan diri untuk memecahkan barang-barang atau apapun yang bersifat destruktif, karena hanya akan menambah kerugian materiil semata :D.
  3. Perang batin. Setelah penderita merasa bosan oleh looping yang dilakukannya pada step ke-2, maka otak sadarnya akan mengajaknya untuk mulai move on. Pada tahap ini, kebanyakan penderita akan berada pada keadaan yang labil baik emosi maupun mood. Di satu sisi dia ingin sekali untuk membuktikan kekuatan dirinya bahwa s/he is still fine without him/her dan di sisi lain ada luka yang belum kering yang masih menyisakan nyeri dan senantiasa mengajak untuk meratap, maka penderita bisa diumpamakan sebagai orang yang sedang belajar jalan. Berdiri dan jatuh. Pada tahap ini sebaiknya penderita merenung, melakukan dialog dengan dirinya sendiri, menanyakan apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang seharusnya dia lakukan. Perang batin ini rasanya juga menyakitkan, maka berdamai dengan diri sendiri menjadi hal yang penting untuk kelanjutan proses healing.
  4. Recovery. Untuk dapat sampai pada proses ini maka penderita perlu beberapa perangkat untuk menyukseskan usahanya, seperti: tissue/kaos sendiri atau orang lain untuk ngelap ingus dan air mata tentunya, bantal untuk meredam suaranya ketika menangis :p, berbagai macam hobi dan kesenangan ataupun orang yang bisa menjadi distraction.
  5. Move on. Penderita sudah bisa ketawa-ketawa dan menertawakan masa lalunya, finally, setelah proses yang panjang :p.

Bersyukurlah jika distraction yang sangat ampuh datang dalam waktu yang dekat, maka penderita tidak perlu suffer in pain for a long time *ketawa setan*. Melakukan hobi seperti membaca, menonton film, belajar (ada gituh yang hobi belajar?), berhaha hihi dengan teman-teman, pergi bareng sahabat dan keluarga, berolah raga, memanjakan diri ke salon atau spa mungkin bisa menjadi alternatif distraction yang baik selain fishing tentunya :lol:.

A broken heart will heal. And the next time around, it will be stronger. #DamnItsTrue

You never know how strong you are, until being strong is the only choice you have. #DamnItsTrue

So, be strong ^^ and don’t be the man/woman who hardly to be moved ;).

If You Mean It, Shout It Loudly

Kadang aku suka gemes sendiri, sebagai “konsultan hati” aka tong sampah, ketika aku mendapati “klien” yang bisanya cuma berisik (curhat) di depanku tapi ga berani ngomong langsung ke target soal perasaannya *gebukin meja*. Berbagai alasan dikemukakan, mulai dari malu, gengsi, ga berani menanggung resiko kalau hasilnya tidak seperti yang diharapkan, takut di target merasa terganggu dsb.

C’est la vie! You have to do something to get what you want. You need to tell what you feel inside, because the people you love are not a paranormal who can read mind.

This thing makes me remember my sisters. They’re not as expressive as I am. When my oldest sister was on her way to Soekarno Hatta airport, she sent me a message:

You always be my lovely little sister

It makes me feel good and I was touched ^^.

Life is never far from the risk and taking risks is challenging thing :D. But, don’t forget to do it gracefully :D. Yah biar misalnya kalo malu, malunya ga seberapa lah :lol:.

Dan aku sangat setuju sekali dengan pernyataan bahwa:

Beberapa tahun ke depan, 5, 10 atau 20 tahun lagi, kita akan lebih menyesali hal-hal yang tidak pernah kita lakukan daripada hal yang pernah kita kerjakan.

So, what will you do? It’s your decision ^^.

Picture taken from here.

Warisan Dari Rumah

Dulu waktu masih tinggal serumah dengan orang tua, maksudnya pas masih sekolah dan belum mulai ngekos (note: aku mulai jadi anak kos sejak kelas 1 SMA), ibuku sering ngomel soal hal-hal kecil dan printilan di rumah. Kadang aku berfikir ibu berlebihan, cerewet, dan kurang mengerti anak muda yang pengen santai-santai kalau sedang ada di rumah.

Sebenarnya banyak kemudahan yang ibu berikan buatku yang notabene adalah anak bungsu. Saat SD aku jarang sekali melakukan pekerjaan rumah, karena aku harus berangkat ke sekolah jam 5 pagi dan sering kali sampai rumah jam 3 sore. Hal ini dikarenakan lokasi perumahan tempat bapak bekerja saat itu jauh dari sekolah yang ada di Singkawang.

Aku ingat, pernah suatu ketika ibu memasak opor dan semua orang yang lagi di rumah sedang makan siang dan menonton tv sementara aku masih di dapur. Waktu itu aku ngotot ingin menggoreng telur menggunakan margarin dan dicampur dengan bawang merah. Menurutku merupakan suatu prestasi kalau aku berhasil menggoreng telur seperti yang pernah ibu masak.

Aku kocok telur, bawang merah dan margarin di mangkok, dan memanaskan wajan di kompor. Setelah itu, aku masukkan kocokan telur tadi ke wajan. Dan hasilnya? Bisa ditebak: gosong. Aku protes ke ibu, kenapa kok gosong padahal sudah dikasih margarin. Ternyata margarinnya harus dipanaskan, bukan dikocok bersama telur T_T.

Untuk soal mencuci baju dalam jumlah yang (yaaa bisa dibilang buat anak SD) agak banyak dengan menggunakan tangan, sepertinya pertama kali aku lakukan pada saat kelas 6. Waktu itu sedang ada kerusuhan Sambas pada tahun 1999, sehingga keluargaku dan beberapa tetangga yang saat itu sedang dalam perjalanan pulang dari Pantai Pasir Panjang tidak bisa pulang ke rumah, dan harus menginap di rumah rekan kerja bapak di Singkawang.

Aku disuruh ibu membantu anak tetanggaku (aku lupa namanya, waktu itu si mbak ini udah SMP) yang sedang mencuci baju kami-kami yang numpang menginap. Di saat itu aku baru sadar, I have no idea how to wash clothes by hand. Kebanyakan aku cuma melihat si mbak tadi ngucek dan membantu sedikit-sedikit, karena kalau aku turun tangan sepertinya malah ngerecokin dan bukannya membantu T_T.

Karena merasa ini adalah aib, sebagai seorang anak kelas 6 aku tidak mahir mencuci baju, dari situ aku belajar beberapa hal seperti:

  • kalau mencuci harus dibilas beberapa kali sampai busanya hilang dan bersih
  • tiap pakaian besar dan kecil harus dikucek hingga nodanya hilang

Ibu orang yang rapi dan kadang aku menilainya cenderung perfeksionis untuk beberapa hal. Biasanya kalau hari libur aku akan dibangunkan jam 5 untuk sholat subuh, dan jika beruntung maka aku bisa tidur lagi setelah sholat. Namun keberuntungan itu jarang terjadi :D. Ibu akan mengajakku mulai melakukan pekerjaan rumah, yang diawali dengan ritual menyapu rumah dan halaman.

Ada teori yang harus dipenuhi dalam melakukan pekerjaan rumah ini, jika aku tidak ingin mengulang untuk mengerjakannya lagi. Misalnya:

  • untuk menyapu halaman, maka aku harus mengarahkan sapu lidinya ke satu arah dan mengumpulkan sampahnya di satu tempat biar bekas sapu yang ada di tanah tadi terlihat rapi.
  • kalau menjemur pakaian harus dibalik (supaya warnanya tidak lekas pudar), dihadapkan ke satu arah dan diurutkan sesuai besar-kecil ukuran pakaian itu.
  • setelah mencuci piring, bersihkan tempat cucian piring dan keringkan dengan lap.
  • untuk menata pakaian di dalam lemari, urutkan juga dari yang lebar ke yang kecil, dll.

Dulu aku suka sekali ngomel jika harus menuruti aturan-aturan ini, kadang mikir kalau ibuku itu berlebihan. Tapi ibu selalu bilang, kebiasaan itu ga bisa dibuat dalam sehari apalagi ketiga anaknya adalah perempuan yang sudah seharusnya bisa mengurus rumah dengan baik.

Setelah jauh dari ibu, aku menyadari kalau memang bekal pelajaran serta hukuman untuk mengulang pekerjaan rumah yang pernah aku alami itu berguna sekali. Sekarang aku terbiasa untuk rapi, yah bisa dibilang bisa menata kamar sendiri dan menghandle pekerjaan rumah dengan baik (walau tetep, aku tidak seberapa suka dengan yang namanya mencuci baju >.<).

Efek lain juga ada. Tidak jarang aku yang kecapekan pulang kerja tetap berusaha untuk merapikan kamar terlebih dahulu jika memang sedang berantakan. Jika alam bawah sadarku mulai “merasa gatal” dengan sesuatu yang tidak rapi dan mengganggu mataku, maka aku akan merapikannya juga T_T atau aku akan benar-benar pura-pura tidak melihat (agar tidak tergoda untuk membereskannya).

Kalau melihat video ini, aku jadi bertanya “apakah aku juga menderita OCD gara-gara kebiasaanku ini?”.

Biasanya kalau berangkat ke kantor dan mau menutup pintu, aku akan balik lagi ke dalam kamar untuk merapikan selimut yang masih sedikit berantakan seperti gambar ini.

Menurutku setinggi atau sekeren apapun karir perempuan, dia tetap harus bisa melakukan pekerjaan rumah dengan baik karena dia akan menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Women belong in the house… and the Senate.  ~Author Unknown

Thank you, Mom ^___^.

Gambar diambil dari sini.

To All Those Who Have Lost A Loved

Some people never realize that they’ve already made a gruesome mess, when they just so fu*king easily to enter and leave someone’s life. Do you know what happened to the his/her life? I am not sure if you care.

Ya, Raditya Dika wrote :

Falling in love is the most undemocratic feeling, because we can’t choose and refuse to care about someone.

moreover if unfortunately we fall for (errr..it’s easier if we call them) jerks. I don’t know what’s on earth when they do that thing, i mean it’s kind of the most unfair game if you’re playing with someone’s heart.

For an example, boy can say “ya, i love you, i care about you, please stay with me” or just simply “ya, i’ve crush on you” to a girl, and then another time he just abandons her feeling.

Okay, if he wants to blame her for doing the stupid thing; take too serious of what he said. She didn’t ask you to say it, right?

Maybe it will be easier if everything that he said just take place in her brain, not her heart. But most of the time, a simple and humdrum words could brighten up someone’s day and it could mean a lot.

What about if your sweet and poisonous words become her hope? Become her reason to stay alive? Or one of the source of her happiness?

Loving someone don’t like driving car on a road; if you take a wrong way, you can turn your car after you see the turning direction at the side of the road. I wish it could be that easy. God didn’t create backspace and delete buttons in our life for a reason.

So, please be wise while using your words. No need to spread your poisons all around. If you don’t have a plan to stay, be nice and don’t ruin someone’s life, stay away and shut your mouth. You can destroy her hope, and maybe it’s the last thing that she had. Even more if you don’t care and don’t want to take the responsibility of the scars that you’ve made.

There are only 2 things that can not be fixed by human: history and broken hearts. –#ihatequotes

P.S: This is for you hun. And hope it wont take long time to realize that i am the one who have the kicer disease :lol:.

Pria-Pria Yang Akan Aku Jauhi

Maaf bukan bermaksud menyindir ato melecehkan, tapi aku memang orang yang perlu memastikan kenyamananku dalam berhubungan dengan orang lain. Jika aku merasa nyaman dengan seseorang, maka aku akan tetap berhubungan baik dengan orang itu. Begitu juga sebaliknya, secara otomatis aku langsung menarik diri dan akan seminim mungkin berinteraksi dengannya.

Aku memang suka mengamati orang lain dan reaksiku ketika berinteraksi. Aku adalah manusia ekstrovert yang ga jarang cepat akrab dengan orang yang sama sekali belum aku kenal sebelumnya.

Aku punya beberapa orang teman, mereka adalah orang yang sama sekali belum pernah aku temui, namun kedekatan kami seperti orang yang saling mengenal dekat sebelumnya. Mungkin lebih akrab dari orang-orang yang bisa aku temui setiap hari. Aku begitu karna aku merasa nyaman. That’s all.

Ada beberapa sifat, terutama dari pria, yang bisa bikin aku ilfeel dan merasa malas untuk berinteraksi dengannya. Dan hal ini tidak berkaitan sama sekali dengan racism.

  1. Suka bertanya.

    Yap, ini amat sangat bikin gerah yang luar biasa sekali. Aku ga suka aja kalo ada pria yang suka menanyakan hal-hal sepele terlebih lagi yang dikarenakan dia malas untuk mencari tau atau membaca buku petunjuk.

    I mean, kalo kamu masih ada di depan monitor dengan koneksi internet yang bagus, gampang aja kan untuk mendapatkan jawaban dari ketidaktauan itu. Bacalah dulu, coba cari tau dulu, kalo udah mentok baru tanya.

    Di mataku, pria itu harus smart, harus ada effort nya untuk mendapatkan sesuatu. Karna ketika dari hal-hal kecil aja dia ga bisa menghandle dengan baik, gimana ntar kalo udah jadi kepala rumah tangga? Masa ntar kalo anaknya tanya “ayah, siapa yang menemukan teori gravitasi?” dan si ayah cuma bisa menjawab “nanti ayah tanyakan pada ibumu”. Grrrrr….

    Lagian, bukankah pria akan merasa rendah diri dan ga suka kalo pasangannya ternyata “lebih” dari dia? Baca selebihnya »