Mumpung masih satu setengah tahun menikah, aku mau share list yang masuk ke bagian persiapan menikah kami. List ini di luar hiruk pikuk keribetan mengurus printilan untuk hari H, karena kami udah menyerahkannya ke WO dan minta bantuan keluarga. Maklum, aku dan Sandi sama-sama jauh dari lokasi pernikahan, sebisanya minta ke WO untuk ngurusin macem-macem.Β Alhamdulillah dapet WO yang enak banget diajak kerja sama.
Sebelum menikah, aku udah baca-baca di internet seputar apa aja yang perlu ditanyakan ke pasangan, biar pas udah berumah tangga gada ganjalan di hati. List ini pasti ga berlaku general ya, ini hanya sharing aja apa yang udah aku lewatin.
Bikin Prenuptial Agreement
Untuk yang mau baca-baca perlu enggaknya prenuptial agreement, banyak kok di Google. Di antaranya ini, ini, ini atau ini. Awalnya deg-degan juga sih waktu mau membahas ini sama Sandi. Tapi setelah aku jelasin, kami langsung mencari info notaris di Jakarta yang memberikan jasa pembuatan prenup. Kami berjodoh dengan notaris Indah Setyaningsih, SH yang ngantor di Cikajang. Biayanya di tahun 2018 dua juta rupiah kalo ga salah.
Pertimbangan terbesar aku saat itu adalah jika nanti kami sudah berumah tangga atau punya anak,Β kemudian muncul kerugian akibat bisnis yang dilakukan salah satu pihak, maka yang menjadi objek sitaan (jika kasusnya sampai ke pengadilan) adalah hanya harta atas nama pihak yang berutang. Kehidupan keluarga masih bisa berjalan, karena tidak semua harta akan digunakan untuk membayar kerugian tersebut.
Prenup ini pasti tabu di telinga calon mertua kala itu, apalagi idenya keluar dari aku π . Tapi akhirnya mereka sepakat dan mendukung. Yay! Oh ya, jangan lupa mendaftarkan prenup-nya ke KUA, sehingga di buku nikah ditulis nomor dokumen prenupnya.
“Punya utang ga?”
“Belum nikah kok udah nanyain punya utang apa engga?” Katanya ngomongin finansial adalah hal yang tabu kedua setelah ngomongin seks, jadi hilangkan perasaan ga enak itu karena ini untuk kebaikan bersama.
Buat aku, faktor finansial penting untuk menjaga kelangsungan berumah tangga π . Pertanyaan ini akan meminimalkan perasaan “tidak terbuka” atau “ada hal yang ditutupi” sebelum menikah. Alhamdulillah lagi kalo keduanya tidak punya utang kan ya π .Β Misal ada yang masih berutang, perlu dibahas apakah nanti akan diselesaikan oleh yang berutang atau berdua. Intinya sih sepakat, biar ga muncul kegaduhan di kemudian hari.
Punya keluarga yang menjadi tanggungan ga?
Buat generasi sandwich, biasanya yang masih punya adik untuk dibiayai, sebaiknya diobrolin juga. Ini sih karena nanti jumlah transferan ke keluarga yang ditanggung, akan masuk ke biaya operasional juga. Terlebih jika rumah tangganya single income. Sebaiknya kedua belah pihak sama-sama tau, berapa jumlah uang yang biasanya dikirimkan atau akan dikirimkan ke keluarga masing-masing setelah mereka menikah.
Gimana mengelola keuangan? Apakah perlu rekening bersama?
Setelah ikut seminar yang diadakan kantor dan baca-baca dari akun Financial Planner di Instagram, aku jadi tau kalo ada banyak tipe mengelola keuangan rumah tangga. Apakah pake rekening bersama, atau ada kesepakatan siapa membayar apa, dll. Ini bener-bener tengantung kesepakatan suami istri dan kondisi setiap rumah tangga.
Kalo kami, memutuskan belum perlu buka rekening bersama mengingat kami masing-masing juga udah punya dua rekening bank. Kalo nambah rekening lagi, malah pusing ngapalin pin-nya π .Β Biaya operasional bulanan dikirim Sandi ke rekeningku, yang jumlahnya udah kami sepakati. Misal ada pengeluaran lain, ya kami obrolin lagi. Di akhir bulan, kami mengadakan rekon kecil-kecilan, untuk monitor posisi keuangan kami.
Medical check up
Waktu itu Sandi melakukan med check mengambil paket pra nikah. Sementara aku cuma tes rhesus darah dan med check tahunan dari kantor aja. Med check ini buat mengantisipasi misal ada penyakit yang perlu diketahui satu sama lain. Kalo udah tau, bisa diterima apa enggak. Trus ujung-ujungnya kan ya jadi mau nikah apa enggak π .
“Kalau misal karena satu dan lain hal aku ga bisa hamil, kamu gimana?”
Aku sampe menanyakan hal ini juga ke Sandi. Ya anggap aja paket nikah di usia di atas tiga puluh taun ya π . Jawabannya waktu itu sih intinya “nanti kita jalani dan cari jalan keluarnya bersama”. Kalo ga salah ya hahahaha.
Boleh tetep kerja apa nggak?
Aku tipe orang yang perlu punya kesibukan dan dunia sendiri di luar dunia bersama pasangan. Soalnya kalo bosen dikit, aku biasanya akan gangguin Sandi π . Entah telpon atau WA dia pas jam kerja, atau mikir yang aneh-aneh *kebanyakan nonton drama*.
Fokus Sandi sama sih, terserah aku mau kerja apa enggak yang penting aku ada kegiatan yang memang aku suka. Jadilah sampai sekarang aku masih bekerja dan jadi mbak-mbak kantoran.
Kita tinggal sama orang tua apa nggak?
Masalah ini juga jadi polemik tersendiri karena dinamikanya. Kami memutuskan untuk hidup mandiri. Selama enam bulan di awal pernikahan, kami tinggal di apartment studioku yang bener-bener kayak kosan satu kamar. Setelah rumah selesai dibangun, kami pun pindahan. Alhamdulillah-nya kami berjodoh dengan rumah yang jaraknya deket dari rumah mertua.
Hmm kayaknya itu aja yang keingetan π . Buat kalian yang ada rencana menikah, semoga persiapannya berjalan lancar dan makin menguatkan niatan kalian. Jangan terlalu fokus dengan persiapan untuk hari H aja, tapi juga untuk kehidupan setelahnya. Selamat berjuang!
Persiapan sebelum menikah itu yang paling penting sih calonnya musti ada dulu *disepakπ
Tak balang onde-onde π