Lately, something happened makes me worry bit about performance of my brain. I write rarely, one and half month just filled with (I can say it) physical activities made me nearly lack of brain nutrition (I was tired in Cikarang-Jakarta route for several times and thanks God I had quality time for a week with my family as a cure), and I read an english novel to add some vocabularies into my head.
Several days ago in the middle of writing a post, suddenly I went so hard to figure out a word. It took hours to find the word I meant. It led me to despair, I gave up and started asking for help. It happened twice and makes me start worrying what’s wrong with my brain, such a dread thing. Maybe I have to increase my quantity time to read and keep giving nutrition into my brain by learning and thinking (about valuable matters).
I think it’s included to a-graceful-way list to move on, focusing to increase our good value :D.
Sepertinya lagu “The Man Who Can’t Be Moved” milik The Script adalah lagu kebangsaan sejuta umat \m/.
Seriously, moving on for some people is an agony. But we have to believe, every effort is useful stride and not a wild goose. Ya ya, kadang rasanya seperti sebelah kaki kita berniat untuk melangkah ke depan, tapi kaki yang satunya terjebak dalam perangkap tikus yang entah dipasang oleh siapa. Sakit? Tentu saja ^^.
Time will heal, of course. Masalahnya adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk benar-benar bisa move on? Sehari, seminggu, sebulan, setahun ato satu dekade? *ngetok meja 3x, amit-amit de*.
Dalam proses healing inilah masalah dan (yah untuk kerennya katakanlah) tantangan akan bermunculan. Yang perlu dipersiapkan adalah mental, tissue dan beberapa perangkat lain tentunya (yang akan aku sebutkan di bawah). Ga jarang, proses ini menimbulkan perang batin yang melelahkan yang mungkin terjadi antara keadaan sadar vs perasaan *alaaah*. Untuk lebih gampangnya, aku akan menyebut orang yang perlu untuk move on ini sebagai “penderita” dan pihak yang menyebabkan adanya penderita disebut saja dengan jerk“tersangka”.
Berdasarkan pengalaman *halah curcol*, ada beberapa step yang bakal dilalui oleh penderita dalam proses healing:
Bleeding scars, ini adalah step awal. Rasa nyerinya luar biasa :lol:. Karena kalo diumpamakan, maka ini adalah luka baru yang muncul setelah penderita terkena kecelakaan (misalnya). Belum diobati apapun, masih berdarah-darah dan melepuh *ouch*.
Unstoppable tears. Jelas, ini adalah efek manusiawi dari step pertama. Hati terasa berat untuk dibawa ngapa-ngapain, pengennya tiduran ato menyepi. Pada tahap ini, penderita bisa nangis di manapun dan kapanpun setiap kali bertemu dengan hal yang mengingatkan pada tersangka. Hal-hal tersebut bisa berupa: sms, foto, facebook, lagu, aroma parfum, makanan kesukaan tersangka, harta gono-gini pemberian tersangka, tempat yang pernah dikunjungi, film, dan banyak lagi. Dalam step ini, tiba-tiba akan sangat banyak hal yang bisa mewakili perasaan penderita dan mengingatkan penderita pada tersangka. Dan satu-satunya alasan yang masuk akal untuk menjelaskan mengenai fenomena alam ini adalah: kepala penderita masih dipenuhi oleh tersangka, rasa benci, dendam, sakit hati dsb. Sebaiknya kendalikan diri untuk memecahkan barang-barang atau apapun yang bersifat destruktif, karena hanya akan menambah kerugian materiil semata :D.
Perang batin. Setelah penderita merasa bosan oleh looping yang dilakukannya pada step ke-2, maka otak sadarnya akan mengajaknya untuk mulai move on. Pada tahap ini, kebanyakan penderita akan berada pada keadaan yang labil baik emosi maupun mood. Di satu sisi dia ingin sekali untuk membuktikan kekuatan dirinya bahwa s/he is still fine without him/her dan di sisi lain ada luka yang belum kering yang masih menyisakan nyeri dan senantiasa mengajak untuk meratap, maka penderita bisa diumpamakan sebagai orang yang sedang belajar jalan. Berdiri dan jatuh. Pada tahap ini sebaiknya penderita merenung, melakukan dialog dengan dirinya sendiri, menanyakan apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang seharusnya dia lakukan. Perang batin ini rasanya juga menyakitkan, maka berdamai dengan diri sendiri menjadi hal yang penting untuk kelanjutan proses healing.
Recovery.Untuk dapat sampai pada proses ini maka penderita perlu beberapa perangkat untuk menyukseskan usahanya, seperti: tissue/kaos sendiri atau orang lain untuk ngelap ingus dan air mata tentunya, bantal untuk meredam suaranya ketika menangis :p, berbagai macam hobi dan kesenangan ataupun orang yang bisa menjadi distraction.
Move on.Penderita sudah bisa ketawa-ketawa dan menertawakan masa lalunya, finally, setelah proses yang panjang :p.
Bersyukurlah jika distraction yang sangat ampuh datang dalam waktu yang dekat, maka penderita tidak perlu suffer in pain for a long time *ketawa setan*. Melakukan hobi seperti membaca, menonton film, belajar (ada gituh yang hobi belajar?), berhaha hihi dengan teman-teman, pergi bareng sahabat dan keluarga, berolah raga, memanjakan diri ke salon atau spa mungkin bisa menjadi alternatif distraction yang baik selain fishing tentunya :lol:.
A broken heart will heal. And the next time around, it will be stronger. #DamnItsTrue
You never know how strong you are, until being strong is the only choice you have.#DamnItsTrue
So, be strong ^^ and don’t be the man/woman who hardly to be moved ;).
Tiga minggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 16 Juli 2010, adalah pertama kalinya aku merasakan pengalaman harus “menginap” di RS. Sebenarnya ini adalah pilihan terbaik yang aku punya, mengingat hari itu adalah hari kelima aku demam dan ga sembuh-sembuh.
Diawali dengan weekend sebelumnya, aku liburan ke Malang bersama Elly. Perjalanan ke Malang memang cukup melelahkan, karena kami memutuskan untuk naik KA dari Bandung. Naik KA memerlukan kreatifitas dan stamina yang baik, karena kita harus pinter-pinter mengatur posisi duduk dengan berbagai macam gaya untuk meminimalisir rasa pegal pada punggung dan bokong.
Pulang dari Malang hari Minggu, dan harus ke Surabaya dulu karena beli tiket pesawat Surabaya-Jakarta. Badan memang sudah terasa cukup lelah, apalagi musti menggendong tas ransel yang rasanya sudah beranak di dalam. Waktu berangkat, tas ransel tidak seberat waktu pulang *sigh*. Pulang ke Jakarta sendirian, karena my partner in crime pulang hari Senin. Walaupun cape, aku begitu menikmati perjalanan sendirian seperti ini.
Singkat cerita, dengan kondisi badan yang kurang fit aku mengkonsumsi makanan yang kurang higienis untuk saur. Mulai dari Senin pagi merasakan badan agak demam dan tenggorokan sakit. Hari Selasa aku ga masuk kerja dan pergi ke RS yang letaknya selemparan batu dari kosan. Tadinya aku pikir memang butuh istirahat aja, tapi habis minum obat tetep ga baikan. Dokternya bilang kalo memang masih demam, keesokan harinya aku harus periksa darah.
Karena kurang percaya dengan performa dokter yang ada di RS tersebut, akhirnya aku memutuskan untuk periksa ke RS yang ada di Lippo Cikarang, yang konon kabarnya lebih bagus daripada RS yang aku kunjungi sebelumnya. Dokternya bilang kalo aku cuma kena radang tenggorokan, walo waktu itu buat jalan saja kondisiku mulai “kurang normal” karena badan agak panas dan kepala agak pusing.
Entah di malam yang keberapa, aku merasakan kondisi badanku makin aneh. Kipas angin yang ada di kamar udah aku matikan, udah memakai selimut tebel, sebenarnya di kamar juga nggak dingin tapi badanku menggigil. Malam itu usahaku untuk tidur pun gagal total, karena ga berapa lama aku muntah-muntah. Honestly, I was so terrible.
Walaupun demikian, pada hari kamis aku berusaha untuk tetap masuk ke kantor karena udah 2 hari ga masuk kerja. Begitu juga dengan hari jum’at. Di jum’at itu, aku udah merasa benar-benar perlu untuk melakukan tes darah karena setelah mengkonsumsi obat dari dokter tidak juga ada kemajuan. Malah sebaliknya, badanku makin sakit.
Finally, hari jum’at ijin pulang jam 10 pagi. Karena di sini jauh dari keluarga dan sebisanya I’ve to take care of myself dan miminimalisir diri untuk merepotkan orang lain, maka aku ke RS dengan naik ojek. Lagian letak RS nya dekat dari kantor.
Dengan keadaan demam rada tinggi, pusing, tenggorokan perih bahkan untuk sekedar minum air putih dan beberapa keluhan lainnya, aku sesampainya di RS langsung ke tempat pendaftaran untuk menyerahkan kartu rawat jalan dari kantor sebelum menuju ke UGD. Di UGD curhat sama dokternya dan diambil sample darah. Aku harus menunggu 1 jam untuk mengetahui hasil labnya, jadinya sambil nunggu aku tiduran di UGD. Eh dikasih teh manis hangat loh walaupun ga diminta *seneng karena uda haus hihi*.
Dalam hati udah pasrah aja kalau memang musti di rawat inap. Karena kalau di RS pasti aku lebih terurus, baik dalam hal makanan maupun obat-obatan. Setelah hasil lab datang, dokternya memang menyarankan rawat inap dan katanya aku diperkirakan kena thypoid alias tipes ringan.
Tanpa bekal apapun, ngamarlah aku di RS Mitra Keluarga Cikarang yang masih baru dengan berpakaian atasan batik dan bercelana kantor >.<. Dengan badan lemah lunglai tak berdaya *halaaah*, aku di antar susternya ke kamar. Kamarnya berisi 3 buah ranjang, tapi saat itu cuma aku sendirian penghuni kamar tsb.
Awalnya serem juga di kamar sendirian, RS nya sepi karena masih baru, di tambah film-film horor Indonesia yang belakangan senang sekali menceritakan soal beberapa konfigurasi dari sosok suster. Tapi karena kamarnya bersih, terang, ada tv nya, susternya sering banget datang ke kamar, aku jadi ga pernah merasa serem.
Selama dirawat temen-temen dan bos gantian menjenguk, thanks to you all guys and gals for all the things that you did for me, Mbak Fai tiap hari datang dan membawakan segala macem barang yang aku request *big hug for her*, dan ibu penjaga kosan juga membawa pulang baju-baju kotorku. They were so helpful and made me happy ^^.
Tadinya aku berfikir mungkin cuma 3 hari aja ngamar di RSnya. So, I just told my mom that I was sick without information about stay in hospital karena ibuku orangnya super panikan dan khawatiran. Selama aku bisa menghandle semua urusanku sendiri, I’ll do it by myself. I don’t want to be a burden for others.
Hari kedua di RS keadaanku semakin memburuk. I still remember how painful it was; I couldn’t swallow, everytime I drank water I’ll cry, muka merah dan membengkak, dan demam semakin tinggi mulai dari sore harisampai malam mencapai 39,5 derajat. Posisi tidur udah aku ubah berkali-kali untuk meminimalisir rasa sakitnya, but it didn’t work. So at 10.30 PM I decided to send a message to my oldest sister and told her about my condition.
Saat itusekitar hampir jam 11 malam, aku kehabisan air minum. Without any companion beside me, dan aku merasa sungkan untuk memanggil susternya karena udah bolak-balik aku panggil, maka aku jalan ke ujung lorong tempat para suster jaga berada dengan tangan kiri membawa botol minum dan tangan kanan menuntun tiang infus. Dan saat itu aku baru berfikir, it’d be so helpful and nice if my family were here. Sakitnya ga kunjung reda dan aku ga bisa tidur. Sampai akhirnya I said to God “Ya Rabb, aku ikhlas” and I felt better.
Akhirnya mbakku sampai di Cikarang pada hari selasa, karena pada seninnya dia harus mengurus cuti dan sisa-sisa kerjaannya. Ga tau kenapa, tapi aku merasa dia super khawatir dengan kondisiku yang padahal sudah semakin membaik :D. Thanks God she was here, keurus banget :lol:. Beberapa hari waktu udah pulang dari RS aku ga ngapa-ngapain, tinggal makan, internetan dan nonton tv doang ihihi.
When I was sick, I kept thinking that I feel terribly awesome because I can handle most of the things by myself *narsis mode: on* :lol:. I feel I’ve changed, because I used to be spoiled as youngest child and also I’d like to blame my ex-boyfriends who acted as good guys and tried to make me happy as much as possible *kidding*. I think being independent as much as you can will make you feel stronger, that’s why I don’t want to put any kind of expectation on other people’s shoulders because it will be a new burden for them.
For all, jaga kesehatan apalagi sedang bulan Ramadhan. Makan makanan yang higienis sebisa mungkin, tercukupi kebutuhan gizinya walaupun aku tau berat rasanya musti menyiapkan makanan sahur dikala mata ingin terpejam dan badan merindukan kasur :D. Jangan sampai sakit.
And I want to say
Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga puasa kali ini membawa banyak berkah dan ibadah kita bisa meningkat. Mari berpuasa dengan riang gembira biar ga terasa laparnya ^____^.
My professeur de français asked me to write a letter. I pretended that i have a new friend from France (though actually i’ve friend from Belgie ^^), and i sent him/her a letter to introduce my self for the first time. I had a headache while finishing my letter, because french has many rules which must be obeyed and i have limited vocabularies, terrible.
Un peu ^^
I got some helps from français livre, google translate, french dictionary and Mas Er :D, he’s good in french. And voilà my letter ^^.
Bonjour, comment allez vous?
Je m’appelle Safitri. Je suis Indonésienne et J’habite à Bekasi, une ville près de Jakarta, la capital de l’Indonésie. Où tu habites?
Je parle français un peu et j’apprends français au CCF de Salemba chaque dimanche. Je comprends l’Indonésie et l’anglais. Est ce que tu parles anglais ou Indonésie?
Je suis diplômée de l’Université de Brawijaya de science informatique. Je travaille dans une entreprise privée à Bekasi. J’aime regarder des films, lire des livres, écrire sur mon blogue, et écouter des chansons.
Tu aimes le film? J’aime regarder les films américains et anglais comme Avatar, Harry Potter, Dear John et Inglorious Bastard. Avatar a une grand animation. J’ai regardé l’Avatar trois fois.
Ma livre préféré est Blink. C’est le livre célèbre de Malcom Gladwell. J’ai trois des livres de Malcom Gladwell, il y a Blink, Outliers, et What The Dog Saw: And Other Adventures. Il est un homme célèbre écrivain de Canada. Quel est le livre vous préférez, alors? J’aime aussi Anggun, une chanteuse de France. Mais, elle est née en Indonésie.
Vous avez visite l’Indonésie? Bali est le nom de l’île célèbre ici. Bali a belles plages. J’espère tu peux venir ici. Je vais attendre tu.