Judulnya kok sedikit hebring ya hehe.
Jadi ini adalah pengalaman pertama saya untuk menuliskan semua pengeluaran sampai dengan printilan-printilannya secara detail. Tadinya ketika saya dipaksa si neng ini untuk membukukan pengeluaran, saya bersikeras untuk menolaknya dengan alasan repot, malas, sampai dengan “buat apa sih”. Tapi mengingat saya yang begitu pemaafnya pada diri sendiri ketika menginginkan sesuatu, jadi saya memutuskan untuk mencobanya.
Untuk lebih memudahkan, saya menyimpan file excel kosong di hp karena hp adalah barang yang selalu saya bawa ke mana-mana selain dompet. Setelah membayar sesuatu saya mencatatnya di sheet yang sudah saya sediakan, atau kalau malas ya sehari sekali ketika menjelang tidur. Kebiasaan baru ini sudah berlangsung sejak awal bulan ini. And so far, so good.
Ada beberapa manfaat yang bisa saya rasakan, di antaranya adalah pengeluaran yang terkendali. Yah meskipun bulan ini masih allowed my self to buy kenzo amour even though I still have Body Shop white musk tapi setidaknya ada pos-pos lain yang bisa ditekan pengeluarannya. Yang bisa saya lihat pada sheet tersebut selain pengeluaran per line, adalah sisa anggaran bulan ini. Kalau kita mengetahui berapa sisa budget maka secara tidak sadar akan membuat kita berfikir untuk berhemat.
Nah sekarang apa efek “berfikir hemat” bagi saya? Belakangan saya pulang agak melebihi jam kantor dan teman berbagi bajaj atau taksi sudah pulang duluan, jadinya saya pulang sendiri. Yang lalu-lalu, saya akan memilih untuk tetap pulang naik bajaj/taksi, meskipun cost center nya dari dompet saya sendiri. Beberapa hari ini saya mencoba untuk ngeteng, dari depan kantor naik kopaja/metro mini jurusan Senin dan dari sana saya oper naik angkot sampai di depan gang kosan. Kalau naik bajaj saya harus membayar Rp 10000,-, taksi akan lebih dari itu, sedangkan kalau ngeteng saya hanya membayar Rp 4000,-. Mungkin memang dari kenyamanan pasti beda jauh. Tapi menurut saya hal ini bisa menjadi habit yang akan berguna bagi saya sendiri di kemudian hari.
Kenapa kok dijudulnya ada kata-kata “hidup yang dinamis”? Saya pernah bercanda dengan seorang teman baik yang sedang berkunjung ke Jakarta. Ketika itu saya mengajaknya untuk pergi ke Menara 165 di TB Simatupang dengan menggunakan Kopaja. Saya mengatakan, sebenarnya wahana yang paling menyeramkan di Jakarta tidak bisa ditemui di Dufan, tetapi ada di jalanan yakni wahana Kopaja :D. Keadaan Kopaja/Metro Mini yang tak menentu, memberikan pengalaman yang berbeda-beda setiap kali saya pulang dari kantor. Kadang penuh, kadang kosong, kadang duduk, kadang berdiri, sejauh ini masih seru-seru saja :D.
Sepertinya saya harus berterima kasih kepada Neng Rizka, atas paksaannya beberapa waktu lalu. Hihi, makasih ya Pinkih ;).