Kali ini saya akan berbagi cerita mengenai pengalaman saya yang cukup “tidak biasa” dalam waktu dua minggu di bulan Desember 2013 lalu. Sebagian kejadian bisa dikatakan bagian dari kebodohan. Mungkin saya terlalu membesar-besarkan kebodohan yang saya buat sendiri, namun bukankah menertawakan diri sendiri adalah hal yang paling lucu? Menurut saya sih begitu ;).
The Wise Lady in Singapore
Ketika kelaparan dan hendak mencari makan di Singapore, kami (saya dan dua teman lain) masuk ke sebuah resto yang ada di salah satu mall di sekitar Clarke Quay. Pas melihat menu, memang ada beberapa yang mengandung “pork”, tapi kami tetap berusaha untuk mencari menu yang tidak mengandung “pork”.
Kami memanggil waitress setelah menentukan menu yang kami pilih. Dengan ramahnya sang waitress menanyakan apakah kami memakan makanan halal, dan menjelaskan bahwa meskipun di daftar menu makanan tersebut tidak mengandung “pork”, namun bisa jadi dalam proses memasaknya menggunakan minyak atau bahan lain yang berasal dari babi.
Saya amazed, di negara liberal masih ada orang-orang yang turut menjaga “keyakinan” orang lain dan menomorsekiankan profit. Dan saya semakin yakin bahwa Allah akan menjaga hambaNya dengan berbagai cara dan berbagai media. Alhamdulillah.
Akhirnya kami makan malam di Burger King 😀
Security Check Bandara
Pada taukan ya kalo Changi itu termasuk salah satu airport yang ketat pemeriksaannya? Nah ketika saya check in untuk penerbangan kembali ke Jakarta di Changi, ditanyain sama petugasnya apakah saya membawa spray dan cairan dalam botol. Ya namanya juga perempuan ya, saya yakin pasti pada bawa kedua barang ini walaupun mungkin beda bentuknya. Spray yang dimaksud adalah deodorant, sementara untuk cairannya adalah facial foam yang baru saja saya beli sebelum berangkat ke Singapore.
Si spray langsung dimasukin ke tong sampah sama petugasnya. Untuk ini sih saya berterima kasih, karena memang sudah mau habis, jadi itung-itung dibuangin :p. Tapi beda ceritanya dengan facial foam. BARU BELI dan ga murah juga buat saya huhuhu. Walau muka si mbak penjaga ini serem, saya berusaha untuk bernegosiasi. Dia meyakinkan kalau saya tidak boleh membawa benda ini ke dalam pesawat. Dan saya bilang “I need that”. Akhirnya si mbak menyuruh saya ke toko farmasi bandara untuk membeli botol transparan dan menuangkan facial foam tadi ke dalam botol tersebut. Okelah ya daripada ga bisa dibawa pulang 😀
Hp yang Tertinggal
Judulnya udah kayak sinetron :p. Ini adalah akhir dari drama perjalanan dari Singapore. Jadi setelah mendarat di Soekarno Hatta, saya tidak serta merta dapat menikmati istirahat di kamar kos namun harus melanjutkan perjalanan darat dengan menggunakan travel Cipaganti ke Bandung. Hal ini dikarenakan saya harus menghadiri acara workshop sekaligus menjadi salah satu pengisi materi.
Udah magrib ketika saya naik travelnya di bandara dan perkiraan tiga jam sampai di Bandung meleset jauh. Saya sampai di hotel sudah nyaris tengah malam dan dalam keadaan antara ada dan tiada, alias ngantuk dan cape berat. Malam itu saya menginap di Savoy. Dari pemberhentian travel ke hotel, saya juga menggunakan taksi Cipaganti.
Nah pas di dalam taksi, saya sadar kalau BB saya sepertinya jatuh di dalam travel. Rasanya udah hopeless, karena pernah ngalamin kecopetan BB sebelumnya. Tapi gimana juga kan manusia musti ikhtiar. Saya bilang ke supir taksinya, dan saya dikasih nomor contact center Cipaganti untuk melaporkan kehilangan tsb.
Harap-harap cemas tapi sudah mengikhlaskan kalau memang udah tidak berjodoh dengan si BB, mengingat saya juga hanya 2 hari 2 malam saja di Bandung. Ternyata ketika saya mencoba menelpon nomor BB saya tadi, BB nya aktif dan yang mengangkat adalah supir travel yang saya naikin kemarin. Singkat cerita, saya smsan dan BB akan diantarkan di tempat saya workshop.
Terharu banget pas nemuin yang mengembalikan BB saya, yakni dua anak usia smp gitu kayaknya laki-laki dan perempuan. Dia bilang kalau yang jadi supir travel malam itu adalah ayahnya, yang sekarang lagi ada jadwal nyupir jadi mereka yang mengantarkan BB nya. Lebih terharu lagi karena saat itu Bandung sedang hujan, namun mereka menepati janji untuk mengantarkan si BB :(. I did feel bad, karena keteledoran saya malah menyusahkan orang lain.
Pelajaran yang saya ambil dari kejadian ini adalah masih banyak orang baik di Bandung, yang mungkin hal ini sulit di dapatkan di Jakarta 🙂
Commuter yang Tertukar
Sebagai Roker sejati, saya merasa kehilangan jati diri karena kejadian ini *halah*. Jadi ceritanya, ketika di Stasiun Juanda saya sedang BBMan dengan bos mengenai pekerjaan. Merasa memiliki kemampuan multitasking yang mumpuni sebagai kodrat wanita, saya mengamati layar jadwal commuter line sambil BBMan. Naiklah saya ke commuter yang ada di depan mata. Tanpa rasa curiga.
Sore itu keadaan CL yang saya naiki sangat penuh, karena menurut hasil dengar perbincangan para ibu-ibu keretanya terlambat. Tiba-tiba saya mendengar dari ibu-ibu lainnya yang berbicara pada temannya:
wah, di Jatinegara nanti pasti bakal makin penuh keretanya..
Deg! Saya langsung curiga kalau saya naik CL yang salah karena jalur Jakarta – Depok/Bogor tidak melewati Jatinegara. Ternyata memang benar adanya, saya salah naik CL.
Someone said “today is a gift, so why it’s called present”. Jadi saya merasa malu sekali sebagai seorang yang mengaku “experiences buyer” mengeluh dan tidak menikmati perjalanan. Dan saya menulis di twitter
as an experiences buyer, took wrong train shouldn’t be a matter..
Money can’t buy everything, but I need it to pay bajaj and buy food
Keesokan hari setelah salah naik CL, saya lupa membawa dompet ke kantor sementara di dalam tas tidak ada uang sama sekali. Padahal saya perlu membayar bajaj biar bisa sampai ke kantor. Saya sudah mengingat-ingat untuk membawa dompet sebelum berangkat, tapi apa mau dikata kalo lupa.
Inilah salah satu gunanya punya komunitas, bisa memiliki jadwal berangkat yang sama karena mendatangi acara yang sama. Pagi itu saya berangkat jam lima agar bisa sampai di kantor sebelum jam enam dan latihan lari bersama Pertamina Runners. Pas di CL baru ingat kalau dompet saya masih ada di tas yang satunya. Ini kejelekan saya lainnya belakangan ini, malas berkemas malam hari untuk persiapan ke kantor esoknya.
Alhamdulillah setelah WA an sama Mbak Ici, salah satu senior di kantor yang saat itu naik CL di depan saya, dia bersedia untuk menunggu saya di stasiun sekaligus minjemin duit ^^. Ga jadi lari deh ke kantor :p. Sedih banget ya ternyata rasanya ga bawa dompet, pengen beli apa-apa jadi ga bebas karena dibatasi sejumlah duit yang dipinjem. Mau utang banyak kan ya malu 😀
Ya begitulah kejadian tersebut datang silih berganti. Maybe I just need a proper sleep to bring back my consciousness 😀