Mari ber-flash back ria!
“You can’t connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future.”
– Steve Jobs
Pernah ga merasa “kenapa sih saya harus melalui kejadian ini?” atau “kenapa sih orang ini harus ada di hidup saya?” Konon kabarnya tidak ada sesuatu yang lepas dari takdir dan rencana Tuhan. Jadinya apapun yang hadir dalam kehidupan kita memang sudah seharusnya, dan tugas kita adalah mengambil pelajaran. Salah satu yang saya dapatkan ketika kuliah di HI adalah kita harus belajar dari sejarah dan melakukan analisa, sehingga kita dapat menentukan langkah yang lebih baik untuk saat ini dan masa depan *padahal kalo gitu doang semua orang juga tau kayaknya hahaha*.
Saya ingin menceritakan tentang perjalanan pendidikan dan pekerjaan saya. Saya SD di Singkawang, SMP di desa Wates (salah 1 desa di bawah kaki Gn Kelud, iya kemarin rumah ortu saya terlimpahi pasir yang dimuntahkan Gn Kelud *padahal gada yang tanya*), SMA di Kediri, kuliah S1 di Malang, dan kuliah S2 (pertama, ya kali ntar ada yang kedua dst :p) di Depok. Semacam nomaden, memang.
Saya kuliah S1 melalui jalur PMDK, itu loh yang masuk pakai nilai rapot SMA. Entah kenapa setelah lulus SMA saya hanya fokus mengikuti les intensif untuk ujian STAN, padahal waktu itu belum tentu juga keterima pmdk nya. Waktu teman-teman yang lain sudah pada heboh untuk ujian SMPTN, saya baru sadar kenapa kok saya ga daftar. Pertanyaan waktu itu hanya dua: kalau tidak lulus pmdk dan STAN bagaimana? I had no backup plan hehe..
STAN ga lulus, dan alhamdulillah pmdk lulus. Kuliah lah saya di Malang dan menemukan teman-teman baik yang sampai saat ini kami terus bersahabat. Dua tahun pertama saya berstatus in relationship (iya duluuu…. pernah kok) dengan seorang pria yang extrovert, baik dan cukup pintar, yang putusnya dramatis dan kalau dibahas lagi sama teman-teman kuliah masih jadi bahan ledekan :p. Hampir empat tahun berikutnya saya in relationship dengan pria introvert dan jenius. Pada waktu skripsi, dia yang bantu ngerjain. Saya juga yakin kalo mas ini bermasa depan cerah tapi sayang LDR tidak mudah *back sound berupa suara jeritan wanita di pilem-pilem horor*.
Waktu itu saya sudah bekerja di Cikarang karena ditolak oleh Nestl*, sementara si mas ini (harus tetap) di Malang sebagai freelancer (hingga saat ini). Pas putus sempat bikin blank beberapa saat. Intinya sih you never know what you have until it’s gone. Tapi life waits for no one, I kept moving on *tsaah*.
Saya tipe orang yang melempar mimpi sejauh mungkin, karena semakin susah menggapainya maka akan semakin banyak langkah yang diperlukan dan semakin banyak progres dilalui. Target selanjutnya adalah mencari jalan untuk resign dari kantor: beasiswa atau pindah ke perusahaan lain. Triggernya adalah saya tidak ingin menemui seseorang di kantor yang sama ketika dia kembali ke Indonesia :p. Ceteklah..
Akhirnya kesampaian juga untuk pindah kantor dan mendapatkan teman baru, lingkungan baru dan target baru tentunya. Di kantor ini saya bisa mewujudkan keinginan saya untuk melanjutkan kuliah pascasarjana, meningkatkan skill bahasa inggris, membeli rumah mungil (yang masih in progress) dan hal lainnya.
Kalau dilihat ke belakang, saya kayaknya sudah melangkah cukup jauh. Pertanyaan yang dulu pernah datang seperti “kenapa kok ditolak STAN dan Nestl*?, “kenapa musti ngerasain sakit hati berulang kali?”, “kenapa begini kenapa begitu” mulai terjawab sudah. Hambatan dan kesulitan akan menguatkan, sementara berkhusnudzon terhadap takdir Allah adalah kewajiban.
Kita yang cetek ilmunya, suka songong dan protes *mungkin ini saya doang sih, tapi biar ada temen makanya ajak-ajak yang lain :p*, padahal Allah sedang menyiapkan yang lebih baik, jauh lebih baik. Kalau sudah pernah melalui hal buruk dan berhasil, maka ketika hal buruk lain terjadi kita udah di level mastery :p Lagian Allah ga akan menguji hambaNya di luar batas kemampuannya, beda sama dosen yang ngasih soal ujian atau deadline paper dan presentasi *halah curcol pisan*.
Lima tahun ke depan (insya Allah kalau dipercayakan umur sepanjang itu), saya mungkin sedang duduk santai entah di mana (semoga sih di tempat indah yang saya bayangkan), membaca kembali postingan ini dan tersenyum “owalah, ini toh maksud Allah” 🙂
Kamu sudah menyusun puzzles dan merangkainya juga?
P.S: si mas-mas itu sudah berbahagia dengan istri dan anaknya ^^
Pit, jadi kamu resign gara2 itu?
Wahahahahahahahahahahah… =)))
Hahahah salah satunya. But it was a good thing, I am here right now 😀