When you invest in a girl’s education, she feeds herself, her children, her community, and her nation.
Prime Minister Erna Solberg of Norway
Menerima undangan screening film Little Big Master dari Celestial Movies ketika weekend adalah hal yang sangat membahagiakan, namun juga bikin galau. Gimana ga bahagia kalau nonton filmnya di Cinemaxx Mall Plaza Semanggi gratis, malah dapat plus plus goodie bag dan snack. Tapi juga bikin galau banget karena tau film ini bakal menguras air mata saya yang bertampang preman tapi berhati Hello Kitty ini :(.

Sejak kecil saya suka pergi ke sekolah, dan mengalami pindah-pindah kota sejak taman kanak-kanak (TK) hingga kuliah magister. Ketika TK, saya bersekolah di desa kecil di pedalaman Kalimantan Barat yang bernama Monterado dan kemudian melanjutkan sekolah dasar di Singkawang, kota yang didominasi oleh etnis Tionghoa. Kota Singkawang ini dikenal juga sebagai Hong Kong-nya Indonesia. Menonton film Little Big Master membawa kembali kenangan masa kecil itu ke dalam ingatan saya.
Dari dulu saya percaya bahwa pendidikan bisa mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Ketika saya membaca sinopsis bahwa film ini diangkat dari kisah nyata tentang seorang guru yang berupaya untuk menyelamatkan TK yang terancam ditutup di tahun ajaran berikutnya karena hanya memiliki lima orang murid, saya memutuskan harus menonton film ini meskipun dengan resiko malu karena mata bengkak.
Di awal film Little Big Master digambarkan kegelisahan Hung, kepala sekolah TK internasional ternama, yang terenyuh melihat muridnya merasa tertekan dan tidak berguna karena tidak bisa mendapatkan nilai yang bagus di kelas anak berbakat (semacam kelas unggulan gitu). Anak sekecil itu udah bisa mengungkapkan kekecewaannya pada diri sendiri karena tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya :(. Kayaknya waktu saya TK yang dipikirin cuma mencari buah karimunting sebanyak-banyaknya sepulang sekolah.
Merasa frustasi dan kecewa dengan sistem pendidikan yang diterapkan TK yang dipimpinnya, Hung bertekad untuk mengundurkan diri sembari beristirahat pasca operasi kanker dan merencanakan jalan-jalan keliling dunia bersama suaminya, Dong. Terbiasa dengan kehidupan yang memiliki kesibukan, Hung yang mengisi waktunya dengan mengikuti kelas bahasa, olahraga, dan kegiatan lain berusaha mencari peluang untuk mengisi waktu dengan kegiatan lain. Hingga akhirnya Hung melihat siaran tv yang memberitakan tentang sekolah TK di desa miskin yang teracam ditutup jika tidak mendapatkan kepala sekolah baru. TK ini hanya memiliki lima siswi tersisa yang sangat ingin bersekolah dengan segala keterbatasan di keluarga mereka, sementara teman-teman mereka sudah pindah ke sekolah lain yang lebih bagus.
Di sini saya mulai menitikkan air mata *membik-membik lirih*.
Hung rela dibayar sangat rendah dan harus merangkap tugas sebagai kepala sekaligus pengawas sekolah. Intinya ya dia yang ngajar, dia juga yang bersih-bersih sekolah, hingga menjemput muridnya yang rumahnya jauh banget dan ga mampu membayar uang bus. Kelima murid Hung ini adalah anak-anak yang bakat acting-nya luar biasa. Setelah saya baca-baca, mereka baru pertama kalinya main film loh tapi bisa bikin saya nangis sepanjang film gini. Luar biasa!
Siu Suet, Ka Ka, Chu Chu, Kitty, dan Jennie adalah murid yang berasal dari keluarga miskin tapi keinginan mereka untuk bersekolah sangat besar.
Siu Suet, murid berambut ikal ini adalah gadis kecil yang tangguh. Dia hidup hanya bersama ayahnya yang sudah tua. Saking tuanya, banyak yang mengira si ayah adalah kakek Siu Suet. Sang ayah bekerja menjual besi-besi tua yang dikumpulkannya, walaupun sakit-sakitan. Suatu hari Siu Suet tidak masuk sekolah, dan Hung berinisiatif berkunjung ke rumahnya. Di perjalanan Hung melihat gadis kecil itu sedang menggantikan ayahnya untuk menjual besi tua ke pengepul *ambil tisu*. Itu belum seberapa hingga Hung melihat Siu Suet harus memakai kaleng sebagai alas kakinya agar tubuhnya yang mungil bisa menjangkau kompor dan tempat cucian piring untuk memasakkan Hung dan sang ayah.
Chu Chu lebih kurang beruntung lagi dibandingkan Siu Suet karena dia telah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan mobil saat malam badai. Chu Chu diadopsi oleh Bibi Han, kerabat jauhnya yang bekerja sebagai buruh di restoran.
Selanjutnya ada Ka Ka yang digambarkan sebagai murid yang pendiam, tertutup, namun sangat dewasa. Sama seperti Siu Suet, Ka Ka juga pernah tidak pergi ke sekolah. Hung mendatangi rumah Ka Ka untuk mencari tau penyebabnya. Ketika sampai di sana, Hung menyaksikan pertengkaran orang tua Ka Ka. Hung bertanya kepada Ka Ka kenapa dia tidak masuk sekolah. Jawaban Ka Ka membuat air mata saya tidak terbendung lagi, selevel Jakarta siaga I kalau lagi musim hujan. Ka Ka berkata bahwa dia harus berada di rumah agar orang tuanya yang bertengkar tidak saling menyakiti satu sama lain. Duuuuh, orang tua mana yang tidak remuk hatinya mendengar anak usia lima tahun berkata demikian *lap ingus*.
Kitty dan Jenny adalah kakak beradik yang rumahnya paling jauh. Suatu siang keduanya bersama Hung menunggu lama ibu mereka menjemput ke sekolah karena sang ibu harus berjalan kaki ga punya ongkos naik bus. Tantangan lain yang dihadapi keduanya adalah pemikiran sang ayah yang beranggapan bahwa anak perempuan itu ga perlu sekolah tinggi *kunyah toga*.

Film ini bener-bener menguras emosi dan meremukkan hati, belum lagi ditambah dengan Dong sebagai suami yang aduhai so sweet banget. Campuran antara suami yang khawatir dengan kesehatan istri dan kesibukannya, rasa cintanya yang begitu besar, membuat Dong yang ga seberapa banyak munculnya di film ini tetap memainkan peranan yang besar. Alur dan penggambaran konflik serta kenyataan hidup yang tidak selalu sesuai dengan harapan membuat film ini istimewa.
Saya ga nyesel dan berterima kasih kepada Celestial Movies karena udah ngajakin nonton bareng. And I think I Love HK Movies!
Keseluruhan film Little Big Master ini bisa dinikmati di channel Celestial Movies, dari berbagai provider tv kabel seperti Indovision, pada hari Minggu 25 Oktober 2015 jam 20.00 WIB. Film ini layak tonton banget, dan merupakan film drama Hong Kong terlaris tahun ini loh!
serupa Laskar Pelangi yah kak? Jadi penasaran nonton
yaelah kak, kakak bukannya mewek juga pas Nonton Noktah Merah Perkawinan? *Ya Tuhan, ankgatan kapan gw ini*
iyaaa mirip sama Laskar Pelangi. Bagus filmnya, nonton deh..
Aku angkatan Tersanjung Season 6 Kak *bakar KTP*
Karena screening di bioskopnya sudah selesai, kayaknya kalau saya mau menonton mesti langganan TV kabel dulu yes Mbak :hehe. Film yang bagus sepertinya. Sip!
ga perlu kok langganan tv kabel, numpang nonton aja di rumah tetangga yg punya lebih irit hahhaa
Ini film bisa di cari nggak ya ._. suka sama film yang menguras air mata gitu :3
jangan lupa siapin tisu aja klo pas mau nonton. Duuuh susah ga baper..
Aku nonton toystory 3 aja nangis mbak -_- apalagi itu ya ._.
Semoga next time bukan cuman goodie bag aja ya, tapi nongol di layar beskopnya #lho #eh
Aaamiin, mayan banget klo dapet penghasilan non migas 😀
Aku udah punyaaaa tapi belom sempet nonton huhuhu. *nyari teksnya dulu :p ooppss