First Date: Traveling ke Amerika Serikat [Part 1]

Sebenarnya Benua Amerika tidak pernah masuk dalam list tempat yang ingin saya kunjungi. Selain dikarenakan letaknya yang sangat jauh dari Jakarta, banyaknya isu rasisme juga membuat saya enggan ke sana. Namun takdir berkata lain.

Setelah dua puluh bulan LDR-an dengan Mr. S (iya, kami belum pernah bertatap muka sama sekali di dunia nyata), kami memutuskan untuk kopdar. Persoalan selanjutnya, Mr. S belum bisa pulang ke Indonesia karena masih sibuk dengan urusan kelulusan dan apply kerjaan di sana. Akhirnya saya yang dengan senang hati pergi menempuh jarak lima belas ribu kilo meter, untuk penyegaran setelah lelah dan terseok-seok menjalani tahun 2016 sekaligus menambah list benua yang pernah dikunjungi.

Penerbangan

Awalnya saya ingin merasakan suasana Natal atau Tahun Baru di NYC seperti di film New Year’s Eve, sehingga sejak November sudah berlangganan notifikasi tiket murah di Skyscanner. Namun karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan belum ketemu jadwalnya Mr. S yang pas, keinginan tersebut harus diurungkan. Setelah ditimbang-timbang, tanggal keberangkatan diputuskan adalah 5 Januari 2017, dengan harapan memberikan pembukaan yang baik di tahun ini.

Sejak keputusan tersebut, saya hanya punya waktu kurang dari dua minggu untuk mempersiapkan semuanya: winter outfit, menyelesaikan pekerjaan, hingga beli tiket dan pesan penginapan. Karena sudah mepet, maka tiket yang dibeli juga tidak bisa mendapatkan harga yang murah banget, apalagi kalau beli Jakarta – Chicago PP. Ya Allah bisa puasa dua bulan kayaknya hanya untuk beli tiket. Untuk menekan pengeluaran di tiket, saya membeli tiket KL – Chicago PP dengan menggunakan maskapai United Airlines yang bekerja sama dengan ANA. Dari KL ke Narita menggunakan ANA, dari Narita ke Chicago dengan United Airlines. Sementara Jakarta – KL PP, menggunakan Air Asia yang harganya cukup murah untuk penerbangan di hari kerja.

Ini merupakan pertama kalinya saya menjalani penerbangan selama lebih dari dua puluh jam. Rasanya sudah bangun-tidur berkali-kali, tapi belum sampai juga *pegangin pinggang*. Kapan ilmuwan bisa menemukan teleport semacam yang dimiliki Harry Potter?

Pelayanan di pesawat buat saya pribadi cukup memuaskan. Di ANA, pramugari yang super ramah ala maskapai Asia mondar mandir untuk menawarkan makanan dan minuman. Saking ramahnya, saya mau masuk ke lavatory aja disenyumin dan dipersilakan. Sebagai orang Asia, saya lebih suka pesawatnya ANA karena dilengkapi dengan toilet basah ala Jepang, yang ada pilihan air hangat atau dinginnya. Sementara di United, toiletnya kering.

Ketika dalam perjalanan kembali ke KL dari Chicago, saya menggunakan pesawat yang layover-nya hanya empat puluh lima menit. Dengan waktu ini, saya sudah harus turun pesawat, menjalani security check, dan naik connection flight ke KL. Selama perjalanan dari Chicago, saya sudah pasrah saja kalau sampai ketinggalan ANA ke KL, karena kalau dipikir-pikir, dalam waktu 45 menit mana mungkin selesai urusan turun – naik dua pesawat. But ANA managed it well and I made it, walaupun harus lari-lari ke gate.

Kalau ada yang bertanya, “sudah tau mepet tapi kenapa memilih penerbangan yang layover-nya hanya 45 menit?” Maka jawabnya adalah penerbangan tersebut adalah yang paling murah. Selisihnya sampai USD 200 dengan pilihan lainnya.

Tips: sebelum berangkat, install dulu aplikasi United di gadget untuk mengakses in flight entertainment. Di United Airlines disediakan wifi untuk mengakses entertainment tersebut.

The Kopdar

Ada beberapa teman yang menanyakan tentang bagaimana rasanya ketemuan pertama kali dengan orang yang selama ini diajak FaceTime. Sebelum berangkat, kami (saya dan Mr.S) sudah membahas hal ini; bagaimana kalau nanti awkward, bagaimana kalau ternyata kami ga nyambung dan malah berantem selama traveling. Ketakutan itu tidak terjadi, dan rasanya traveling kali ini saya banyak belajar dan mendapatkan pengalaman baru yang seru!

Lalu ada lagi yang menanyakan tentang kok bisa sih kami yang berjarak belasan ribu kilo meter dan belum pernah bertemu langsung, tapi memutuskan untuk LDR. Kata Mr S, kami berproses. Setiap hari kami berkomunikasi dan berdiskusi tentang banyak hal. Sejauh ini kami juga menghormati keputusan dan keyakinan satu sama lain, dan tentunya juga berkompromi.

Mr. S menjadi travel mate favorit saya, karena hanya dia yang mau geret-geretin koper, bawain tas, sampai bikinin mie rebus buat sarapan :p . Mr. S ini orangnya on time, jadi saya ga pernah deg-degan atau ngomel-ngomel takut ketinggalan bus atau pesawat.

Frozen Michigan Lake
[Pura-Pura] Memandang Danau Michigan yang Membeku
Central Park
Central Park – Difoto oleh Traveler dari Israel

Imigrasi dan custom and border protection di O’hare

Mengingat saya menggunakan jilbab dan banyak isu tentang susahnya menembus imigrasi di Amerika Serikat, saya Googling dulu dan membaca beberapa tulisan mengenai pemeriksaan imigrasi dan Custom & Border Protection di bandara Amerika. Sempat ciut nyali juga karena saya berangkat sendirian, tapi sudah pasrah dan penasaran juga untuk mengalami sendiri.

Setelah mendarat di O’Hare International Airport, para penumpang diarahkan ke tempat yang berisi banyak mesin yang merupakan Self-Service Kiosks. Di sana kami tidak perlu antri panjang untuk pemeriksaan custom, dan langsung menuju mesin automated passport control kiosks yang kosong untuk melakukan pengisian U.S. Customs and Border Protection Declaration Form, foto, scan passport dan fingerprints. Gambarannya bisa dilihat di sini.

Setelah selesai seluruh pengisian di mesin ini, maka selembar kertas akan dikeluarkan oleh mesin, yang berisi informasi yang sudah diisikan sebelumnya. Saya kemudian menuju penjaga yang akan mewawancarai dengan beberapa pertanyaan, dan jika lolos maka passport akan diberi cap masa berlaku untuk tinggal hingga enam bulan. Pertanyaan yang diajukan seputar tujuan ke Amerika, mau ngapain dan ke mana saja, di negara asal bekerja di mana, siapa yang membiayai perjalanan, apakah membawa makanan segar, apakah punya kenalan di Amerika, apakah punya kartu kredit, dan lain-lain. Apapun yang ditanyakan, dijawab saja dengan jujur agar tidak grogi. Untung dia ga tanya apakah saya punya cicilan atau enggak.

Setelah passport dicap, saya menuju conveyor untuk mengambil bagasi. Terakhir, saya menyerahkan print out dari mesin tadi kepada petugas. Sudah deh, selamat datang di tanah Amerika, tanah para imigran!

Free wifi di Narita dan O’hare

Bagi yang fakir wifi seperti saya, free wifi ini berguna sekali untuk mengabari orang-orang dekat dan juga untuk mengakses internet. Di Narita layaknya di KLIA, free wifi tidak ada batasan waktu. Berbeda halnya dengan di bandara-bandara Amerika Serikat, free wifi sebagai complementary hanya berlaku untuk tiga puluh menit.

Tips: kalau naik United Airlines, mendekatlah ke lounge nya yang ada di dekat gate keberangkatan. Dari luar masih bisa dapat free wifi-nya 😀 .

Winter Outfit

Sebelum trip ini, saya belum pernah mengalami rasanya berada di suhu minus derajat celcius. Saya membeli beberapa baju hangat, sarung tangan, beanie, kaos kaki, dan syal di Uniqlo. Saya juga membawa jaket yang saya pakai ketika traveling ke Turki tahun lalu, yang rasanya cukup menghangatkan. Ternyata baju-baju yang saya bawa tidak mempan menahan suhu minus tujuh belas derajat celcius, dengan real feel minus dua puluh tujuh. Oh ya, iPhone 6 saya sampai mati tidak mau menyala ketika digunakan untuk berfoto di suhu sedingin ini.

behind Liberty Statue
Bersama Liberty

Baik di dalam maupun di luar ruangan, saya memakai celana panjang tiga lapis (satunya celana thermal dan yang dua celana jeans Uniqlo). Sementara ketika keluar, saya menggunakan jaket dua lapis. Saya juga harus membeli sepatu boots di Kohl’s untuk menghangatkan kaki dan jaket tebal di Walmart. Baru deh badan terasa hangat, walau pipi memerah. Gapapa lah ya dingin begitu, yang penting hangat di hati *alah*.

The Famous Times Square
The Famous Times Square
National September 11 Memorial & Museum
National September 11 Memorial & Museum
nside American Museum of Natural History
American Museum of Natural History

(Bersambung ke Part 2).

Iklan

45 pemikiran pada “First Date: Traveling ke Amerika Serikat [Part 1]

  1. GILE SIST, FIRST DATE AJA UDAH DI NYC AJAH….NANTI 2ND DATE DI CANADA DONK SIST, AKU IKUT…..MAU KETEMU MAS JASTIN!
    *gak shantay, abis keujanan pagi-pagi*

  2. Uhuy… eh ini mah bukan kopdar Mbak, tapi nge-date, hehe. Saya mah nggak kebayang kalau jalan di udara dengan suhu seperti itu, mesti pakai baju berapa lapis, haha. Semoga langgeng dan berlanjut ke jenjang-jenjang selanjutnya ya Mbak, terus tidak LDR-an lagi, hehe. Terus terang baru ini yang saya baca kencan pertama setelah sekian bulan sebelumnya hanya bersua di dunia maya; jadi kalian kenal di mana? *malah kepo, haha.

Habis maen komen dong :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s