“How old are you?” Don’t you think question about age should be categorized as “Forbidden question” number three after weight and status?
So, how old are you? If you feel difficult to count your age quickly, there’s only two possibilities:
You hate math
You’re aging, because your brain function is decreased so you feel difficult to count
Actually, there are three signs of old age. The first is your loss of memory. And… I forget the other two.
I hated for being called Bu. At the first time I heard that, felt like I want to kick that person. But lately I made peace with myself and accept any kind of salutations given “Safitri, Miss, Mbak, Bu, Aunty”, but still hard to being called “Budhe”. It makes me feel so old, as old as Prambanan Temple.
Saya pertama kali melihat video youtube mengenai aksi protes PPI Berlin – Jerman atas kunjungan DPR Komisi I ke Jerman beberapa waktu yang lalu adalah ketika salah satu kelompok di kelas sedang melakukan presentasi untuk mata kuliah Metode Penelitian HI. Video yang berdurasi 9 menit 40 detik itu menggambarkan cuplikan kegiatan anggota dewan selama di Jerman dan sikap protes yang dilakukan oleh PPI di sana.
Pada awalnya saya merasa antusias, akhirnya mahasiswa berbuat sesuatu untuk mengingatkan anggota dewan atas urgensi, analisa, dan solusi mengenai alasan dan pelaksanaan kunjungan anggota dewan ke Jerman yang menghabiskan dana yang tidak sedikit dan memakai uang rakyat, sementara para mahasiswa yang menimba ilmu mungkin sebagian besar malah menggunakan uang sendiri, uang orang tua atau beasiswa dari negara lain dan masih banyak hal yang bisa diperbaiki dengan uang 2M.
Saya, pribadi, juga cukup jengah dan lelah mendengar berita mengenai sikap yang kurang bijak, kurang berempati dari anggota dewan untuk studi banding ke luar negeri, yang seringkali dilakukan dengan sistem bedol desa (berbondong-bondong bersama sanak keluarga) tanpa adanya transparansi dana, program, hasil capaian selama kegiatan tersebut berlangsung. Apakah anggota dewan yang terhormat masih belum cukup belajar dari kejadian-kejadian yang telah lalu?
Mengenai point yang diutarakan oleh pewakilan PPI Berlin – Jerman, saya cenderung sependapat. Namun, aksi walkout tersebut bukanlah aksi heroik dan fair. Menurut saya, seorang mahasiswa porsinya adalah mampu memberi dan menerima kritik, mau didengarkan dan mendengarkan, bukan secara sepihak membombardir “dosa” dan meninggalkan “ruang pengadilan” begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan dari “tersangka”. That’s not fair at all. Dan tidak dapat disalahkan jika kemudian timbul opini-opini yang menduga aksi PPI Berlin – Jerman ditunggangi oleh kepentingan lain.
Sepertinya, dan dapat diyakini bahwa, saya adalah satu-satunya mahasiswa di kelas yang memiliki background pendidikan non sosial, IT tepatnya. Ya iya sih, berapa banyak yang dari ilmu eksak mau masuk ke hubungan internasional, karena pasti lebih banyak yang prefer melanjutkan di field yang sejenis, seperti mahasiswi yang keren ini ;).
Lantas, apa efek background saya tsb di kelas? Yak, ketika ada masalah dengan laptop atau file presentasi yang tidak muncul di projector screen maka teman-teman sekelas otomatis bilang “safitri..safitri….”. Saya tidak keberatan kok, tapi menurut saya ilmu eksak dan ilmu sosial itu harus berdampingan dan sejalan. Kalo mikirin IT saja tapi tidak tahu perkembangan di luar sana, lantas mau memunculkan awareness dan kepedulian dari mana? Demikian juga dengan ilmu sosial yang selalu membahas tren global, pastinya tidak bisa lepas dari magic yang disebut teknologi. Bagaimana mau membahas Merkava, Apache,cyber crime kalau mengabaikan teknologi?
We live in a society exquisitely dependent on science and technology, in which hardly anyone knows anything about science and technology. Carl Sagan
The advance of technology is based on making it fit in so that you don’t really even notice it, so it’s part of everyday life. Bill Gates
Ketika ada orang yang datang dan berkata “you deserve better” sebagai jawaban atas pertanyaanmu, dan dia bukanlah teman yang kamu mintai pendapat, menurutku (ya, lagi-lagi ini teoriku) ada 2 kemungkinan akan kebenaran makna di balik kalimat tersebut:
Yes, you do. Because they don’t feel good enough or lack of confident to respond things that related with you.
You deserve less. Because they think they can get better than you or you do.