Aku, Tak Memiliki Alasan

Bumi masih berotasi, mentari mengintip dari balik awan untuk menghangatkan kota yang penuh polusi. Manusia berjejalan menjemput rezeki, atau hanya mengadu nasib dan berjudi untuk mengisi perut hari ini. Ya, hanya hari ini.

Aku berdiam diri, menikmati pikiran yang silih berganti mengisi ruang cerebrum. Lobus frontalis yang ada pada benda seberat dua gram di kepalaku itu berusaha keras untuk berfikir, menyeimbangkan kerja sulkus entralis yang mengirimkan sinyal pada hatiku untuk merasa.

Jarang otakku bisa berdiam diri dan tenang, setenang sikap dudukku di atas bangku lusuh berwarna hitam bis jemputan pagi. Dari balik jendela berdebu, aku menyaksikan jalanan sesak oleh manusia yang berebut eksistensi, berlomba untuk mendapatkan rute tercepat ke destinasi. Apa yang aku, kamu, kita cari sebenarnya?

Di saat seperti ini, duduk diam sendiri, adalah waktu yang paling aku senangi. Waktu yang tepat untuk berfikir atau hanya sekedar melatih otak kanan untuk merangkai kata. Menjadi pujangga sungguh menguras emosi. Sementara aku sadar hidup tak semanis dan seindah bait puisi.

Pernah aku bertanya tentang cita-cita, pada seorang muda dan paruh baya. Kebanyakan dari mereka menjawab hal yang sama, mendapatkan bahagia. Mungkin ini hanya masalah persepsi, tapi menurutku kebahagiaan itu tak perlu dicari karena setiap dari kita sejatinya memiliki. Namun lagi-lagi adalah ekspektasi, yang tak jarang menyamarkan pemahaman bahagia dari makna dasarnya.

Bukankah kebahagiaan ada pada hati yang bersyukur?

Ketika dada terasa pilu, ketika bahu terlau lelah dan tak sanggup memanggul beban baru, ketika kepala yang tak lebih besar dari bongkahan batu terasa penuh, maka apa atau siapa yang patut dipersalahkan? Benda seberat dua gram itulah yang harusnya berada di kursi pesakitan! Mungkin benar adanya pepatah yang mengatakan jika pikiran itu adalah seburuk-buruk tuan dan sebaik-baiknya pelayan.

Sungguh. Tak perlu pergi ke Eropa atau Amerika untuk membuatmu tertawa, tidak juga dengan menenteng tas Prada seharga belasan juta atau parfum sekelas Dolce & Gabbana, apalagi berusaha mengukurnya dengan harta. Jangan berlaku bak mencari gajah hilang yang sejatinya ada di depan mata dengan dalih mencari bahagia. Jangan.

Aku beranjak dari kursi hitam, mengangkat tubuhku keluar dari bis dan menyusuri lorong menuju ruangan kerjaku berada. Sekilas aku pandang papan putih bertempelkan tulisan β€œApa yang membuatmu tersenyum hari ini?”. Sederhana, limpahan kasih dari Tuhanku yang tak sedikitpun aku memiliki kuasa untuk menghitung dan menimbangnya. Harga mati yang tidak akan pernah bisa aku wakili dengan untaian kata.

Tuhan, aku tersenyum karena aku bersyukur.

Terlahir sebagai hambaMu merupakan berkah luar biasa, tak perlu aku berjalan tanpa petunjuk dan meraba. Terlebih lagi masih dikaruniai dengan kehadiran ayah bunda. Doa-doa dan sujud mereka mungkin yang menyingkirkan duri dari jalanku, meminta pada Zat Yang Maha untuk menambahkan sehari lagi pada umurku.

Atas iman yang masih Kau percayakan. Atas pekerjaan yang aku miliki, penghasilan yang lebih dari cukup untuk menghidupi diri. Tak perlu aku khawatir akan makan atau tidak sore nanti. Atas nikmat sehat yang Engkau berikan padaku hari ini. Atas panca indera yang sempurna untuk meresapi kebesaranMu.

Betapa senyum itu mampu melegakan hatiku yang sempit, mampu memulangkan pikiranku yang berkelana, mampu menentramkan jiwa saudaraku yang berduka.

Tuhan, sesungguhnya aku tak memiliki alasan untuk bersedih. Tidak sama sekali.

27 pemikiran pada “Aku, Tak Memiliki Alasan

    • *tarik napas buat bales komen ngejunk*

      Ahahah, pastilah dalam beberapa hal tiap orang memiliki kelebihan dibanding yang lain, dan dalam hal itu kamu boleh bilang kamu lebih keren (berarti kelebihan berat badanku bisa dibilang kekerenan juga dong? :lol:)

  1. ternyata akhu berhasil membaca tulisan yg kau sembunyi2nkan itu πŸ˜€
    bagus kok Pit.
    Tentang senyum, tidak seorangpun melihat Rasullullah Muhammad dan beliau melihatnya melainkan dalam keadaan tersenyum πŸ™‚
    Benar Pit kebahagiaan tidak perlu dicari, karena secara default semua orang bahagia, tidak ada yg perlu dikuatirkan, semua sudah tertulis di Lauh Mahfudz.

    • Pak, kenapa ikut2an bacaaaa?
      Saya kan maluuuu T_T heheh.

      Anyway, makasi Pak atas komennya wahahaha. Tak sia2 saya mikir dan semedi πŸ˜‰

    • ahahaha, tapi cobalah minum obat cacingnya dulu.
      Biar tuntas rasa penasaranmu itu πŸ˜†

      Youre welcome Pinkih πŸ˜‰
      Nice to be the part in the healing time hihi

    • kalo yang ini, pemalakan namanya πŸ˜†

      Kalo buat idup emang cukuuup bgt, tapi kalo pengen netbook, ato apa kayaknya tetep musti OT $_$ ahahaha

  2. baguuus!! baca ini aja udah bisa bikin senyum, ntar kalo tulisannya menang hadiahnya bagi-bagi yaa ^^
    btw, sulkus entralis apaan ya? *males gugling ;p*

    • Hihih, makasi Taaa.

      Buset, ini belum2 uda dipalak. Hadiahnya apaan si emangnya? Ahahah.
      Ada yang baca aja uda seneng kok sebenernya *pasang tampang manis* πŸ˜€

      • eh lupa, kalo ga salah inget sulkus sentralis itu pemisah antara lobus frontal dan lobus pariental (yang notabene bagian dari otak depan).

        Kan menurut si wiki, otak depan tu dibagi jadi 4 lobus: yaitu frontal, pariental, okspital, dan temporal.

        Begitu πŸ˜‰ *pusiiing bacanya wakakakka*

  3. Dan aku tak punya alasan untuk tidak mencari co kyak Dean *IkutanNgejunk* πŸ˜€

    Great posting mpiiit..like it,,,,

  4. Sugooooooyyy …
    keren mpit …
    keknya kamu harus mulai nulis buku dari sekarang πŸ˜€
    *takkirain kamu tuh bakal tersenyum kalo disodorin makanan doang lho, hihihihi -kabooorrrr*

  5. dan…. aku baca tulisan ini sambil makan bubur serta ndengerin kamu nyanyi2 *ngejunk part kesekian :p

    eniwei…. tulisannya bagus… suka…. πŸ˜€

    • aku nyanyi apaan? hahaha ga sadar. Pasti bagus suaraku, karna kamu masih doyan makan :lol:.

      Thanks anyway for the compliment. Emang dirimu itu fans yang baik mbak din gyhahaha

  6. Aku..aku..aku suka sekali tulisan ini mpit..
    Aku baru kali ini kesini mpit dan baca beberapa tulisanmu..
    Ngga ada yang bagus.. semua luar biasa.. πŸ™‚
    Don’t stop writing sista.. jika hanya dengan sentuhan penamu dapat membantu saudaramu yang lagi bersedih atau tengah terpuruk atau dalam kedukaan bahkan terkadang tak sanggup untuk menatap langit dalam mencari arti hidup sebagai bekal akhirat untuk setidaknya mendapat titik terang dan ketenangan dari beberapa bait rangkaian katamu, maka engkau adalah salah satu dari sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.. ^^

Tinggalkan Balasan ke alief Batalkan balasan