Surat Untuk Radit

Review Marmut Merah Jambu.

Dear Raditya Dika,

Aku tidak pernah berharap kalau kamu akan membaca surat ini. Tapi entah dorongan apa yang membuatku bersikeras untuk tetap menuangkan sedikit yang ada di hati.

Ini bukan tahun pertamaku berkenalan denganmu. Masih aku ingat betul ketika aku harus setia menunggumu, bersama seorang temanku, tiba di Perpustakaan Kota Malang beberapa tahun yang lalu. Ya, tentu saja hanya untuk bertemu denganmu, merelakan diri berada satu ruangan dengan para abege labil yang mengelu-elukanmu dan berusaha saling memamerkan paham “aku lebih mengenal Radit dari pada kamu lowh”-nya.

Aku membawa buku pertama dan keduamu, yang telah cacat karna ada tanda tanganmu di halaman depannya, ke tempat di mana aku tinggal sekarang. Mantan pacarku yang memperkenalkanku padamu. Dia sepertinya, saat itu, mengikuti dan menikmati cerita-cerita yang ada di blog lamamu sebelum kamu tenar dan menjadi artis seperti sekarang.

Awalnya, aku melihat cover Kambing Jantan dengan mengerenyitkan dahi “Apa iya buku yang judulnya Kambing Jantan ini bagus dan lucu?” Karena judulnya lebih mirip sama buku panduan untuk beternak dengan cover mukamu yang dipenuhi dengan bulu. Walaupun begitu aku percaya kalau mantanku punya selera yang cukup bagus, jadi aku melihat sebentar bukumu dan aku beli.

Sekali membaca Kambing Jantan, aku tertawa. Walau banyak kesalahan dalam penulisan untuk edisi cetaknya, yang mengusikku selaku penderita OCD ringan untuk menyalahkan sang editor, aku tetap tidak bosan untuk membacanya lagi. Dan lagi. Ketika aku jenuh atau sedih, bukumu bisa menjadi sedikit penawarnya. Hal ini membuat aku ga sabar untuk membaca bukumu yang kedua, Cinta Brontosaurus.

Ketika buku itu sudah aku miliki, aku membacanya dengan seksama. Selalu dipenuhi rasa tidak sabar untuk membuka lembaran berikut dan berikutnya lagi. Aku tertawa, aku bersedih, hanyut dalam alur ceritanya. Setelah sampai pada halaman terakhir, aku akan dengan suka rela membukanya dari awal lagi ketika aku ingin membacanya kembali. Kemudian di buku ketiga dan keempat, aku lupa.

Tapi entah kenapa tidak demikian halnya di buku Marmut Merah Jambu. Apa mungkin selera humorku berkurang? Atau memang humor hanya pemanis di buku yang bertema drama percintaanmu? Aku buka tiap babnya, sesekali aku tertawa namun tidak sekerap sebelumnya. Ada beberapa bab yang aku skip untuk membaca bab lain yang mungkin akan menjawab rasa penasaranku. Tapi aku belum menemukannya.

Dan aku akan mengulangi membacanya dari awal lagi. Mungkin aku yang salah, moodku yang salah, ada yang terlewatkan olehku, atau entah faktor apa yang membuatku masih digantung rasa penasaran yang masih belum terjawab.

I really appreciate your hard work. Menulis buku bukanlah hal yang mudah, semudah kita bersin atau mematikan jam weker dengan setengah sadar di jam 5 pagi. Apalagi 2 tahun waktu yang kamu perlukan untuk menyelesaikan pekerjaanmu kali ini.

Akan lebih mudah bagiku ketika aku hanya membeli bukumu di toko, menyobek plastik dan kemudian membacanya. Ketika aku merasa ada yang tidak pas, aku diam saja dan menggeletakkan buku itu (meskipun aku belum menamatkannya) di tumpukan buku lain yang sudah aku baca. Toh aku tidak ada andil dalam menikmati kesuksesanmu.

Lagi-lagi ini mungkin hanya masalah subjektif dan ekspektasiku semata. Mungkin kurang bijak juga jatuhnya ketika aku membanding-bandingkan Marmut Merah Jambu dengan karya-karyamu sebelumnya. Tiap buku pasti meninggalkan kesan yang berbeda bagi pembacanya.

Maaf jika tidak berkenan. Aku tau, adalah hal yang tidak mengenakkan ketika ada pihak yang memberikan tanggapan kurang baik atas hasil kerja kita.

Pada akhirnya, kerja keras kita memang tidak bisa memuaskan semua pihak. Tapi aku turut senang karna kamu mendapatkan banyak review bagus dari pembaca yang lain mengenai buku Marmut Merah Jambu.

Salam

Fitri

Iklan

4 pemikiran pada “Surat Untuk Radit

  1. hahahahaha….. klo aku dari dulu cuman suka ama buku kambing jantan doang, trus cinta brontosaurus tapi yang bagian cerita cinta brontosaurusnya doang.

    *ditweetin aja pit biar nyampek ke raditnya :p
    **ato suruh baca mas radit? sama2 radit kan namanya… =))

Habis maen komen dong :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s