Live as You Want To Be Remembered When You Die

Baru kali ini saya membaca tulisan Ester dan ingin menangis karena apa yang diceritakan di sana. Umur adalah rahasia Allah dan yang bisa saya perbuat dengan itu hanyalah mempergunakannya dengan baik. Jika Damar (yang diceritakan pada blog post tersebut) meninggal pada usia 28 tahun, berarti saya hanya punya sisa waktu 1 tahun. Iya kalau umur saya sepanjang umurnya Damar, kalau enggak?

Selain membaca tulisan Ester, saya juga membaca blog post dari @beriozka yang menceritakan kisah @anggatirta dalam pencarian ayahnya yang menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat Sukhoi di Gunung Salak (silakan dibaca sebagai refleksi diri). Ketika membaca post tersebut ada rasa iri yang menyelinap. Iri pada Angga yang memiliki kemampuan komunikasi batin dengan ayahnya, sehingga membawa Angga bisa menemukan tempat jatuhnya pesawat tersebut, yang artinya Angga memiliki hati yang bersih. Sementara saya?

Persamaan dari kedua post tersebut adalah bagaimana orang yang meninggal dikenang oleh mereka yang pernah menghabiskan waktu bersamanya selama masih hidup. Adalah hal yang mengerikan ketika ketidakhadiran kita adalah kebahagiaan bagi orang lain, ketika kita meninggal justru menjadi sumber suka cita bagi yang ditinggalkan.

Cerita tentang Angga mengingatkan saya tentang banyak hal. Tentang seberapa dekatkah saya dengan keluarga, seperti apakah perasaan keluarga saya ketika saya meninggal, apa yang akan dikenang oleh orang-orang yang pernah saya kenal sewaktu saya masih hidup, apakah cukup bekal saya ketika urutan antrian panggilan Allah sudah datang, dan banyak refleksi lainnya. Sesungguhnya seburuk apapun suatu peristiwa, adalah baik ketika memberikan pelajaran bagi yang lainnya.

I can’t please everyone itu mutlak dan tidak dapat diganggu gugat! Apalagi saya tidak sabaran, tidak telaten, cerewet dan sebagainya dan lainnya. Tapi saya selalu menyimpan keinginan untuk tetap diingat oleh orang-orang yang pernah kenal ataupun dekat dengan saya. Hal ini membuat saya sesekali menyapa mereka melalui media. If I do that, it means I miss those people or I want to let them know that I remember and care. Walaupun kadang ada yang merespon “tumben” atau “lagi seneng ya kok nyapa-nyapa?”. Mungkin memang seharusnya saya lebih sering menyisihkan waktu untuk berbincang agar mereka tidak berpikir demikian :).

Sejauh ini saya masih merasa selfish, menghabiskan waktu yang diberikan Allah untuk kepuasan pribadi. Untuk mengobatinya rasa tak nyaman tersebut, saya biasanya akan ikut kegiatan volunteering. Beberapa waktu yang lalu juga ada pencarian volunteer untuk menemani adik-adik di RS Kanker Dharmais, tapi sepertinya saya failed karena waktu yang tersedia di sana hanya weekdays. Semoga ke depannya saya bisa segera tidak dapat membendung keinginan kembali mengajar di minggu pagi untuk anak-anak di sekitar setia budi. Semoga.

Saya memiliki keinginan jika saya nanti mati, saya ingin ada orang selain keluarga yang merasa kehilangan. Entah kehilangan teman untuk sekedar makan siang, tempat nebeng mengingap, teman yang diajak ngopi, orang yang bisa dihubungi ketika tidak ada orang lain, akun yang memenuhi timeline dengan twit yang tidak penting, orang yang bisa dijadikan tempat curhat, bisa di-whatsapp-in kalau malam dan belum bisa tidur, a silly lover yang mau membuatkan sebuah blog untukmu agar tidak merasa sendirian, yang bersamamu dalam mewujudkan beberapa wishlist, anonim yang mengirimkan cupcakes ke rumahmu, si cerewet yang mengingatkan untuk tes TOEFL, yang menemanimu menghabiskan tumpukan dimsum, orang yang terlintas di pikiranmu ketika kamu mendengarkan sebuah lagu, diingat karena hal sederhana tapi menghangatkan hati. I don’t want to fill your heart, hanya terselip di celahnya saja sepertinya sangat berarti buat saya.

So,

Live as You Want To Be Remembered When You Die

Ayah bunda, anakmu rindu rumah ternyata…

Iklan

Habis maen komen dong :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s