Delapan Bulan Unpaid Leave, Apa yang Berubah?

Hari ini masuk bulan ke-9 unpaid leave saya di tahun 2021, dan masih tersisa 4 bulan lagi hingga saya harus kembali ke kantor. Time flies.

Awalnya saya mengira kalau saya akan bingung mau beraktivitas apa selama dua belas bulan tidak bekerja. Ternyata saya salah. Malah saat ini rasanya kalau kebijakan unpaid leave boleh dua tahun, tentu saja akan saya ambil 😀 . Aktivitas yang saya rencanakan dipostingan ini, juga sudah terlaksana semua 😆 .

Tahun 2021 adalah kali pertama saya tinggal di luar negeri, berbeda dengan suami yang sebelumnya sudah tinggal di US selama 7 tahun. Ini juga kali pertama saya merasa menjadi istri “offline”, karena bisa ketemu suami setiap hari dan tidak LDM lagi. Walau hanya pindahan ke Singapura, banyak adaptasi yang perlu saya lakukan.

Hal yang paling terasa berbeda ketika tinggal di Singapura adalah semua house chores harus dikerjakan sendiri. Awalnya terasa capek sekali. Mulai dari beres-beres, masak, sampai setrika harus mandiri. Saya dan suami berbagi tugas. Suami bertugas untuk cuci piring malam, buang sampah, dan mencari nafkah tentunya. Sementara saya melakukan yang lainnya, termasuk menjadi menteri keuangan di rumah tangga kami. Makin ke sini, saya makin cepat menyelesaikan house chores, sehingga sebelum lunch sudah bisa melakukan aktivitas lain yang saya mau.

Terbiasa memakai baju yang disetrika, termasuk untuk baju rumah, ternyata membawa masalah tersendiri. Lima bulan pertama saya masih menghabiskan lebih dari satu jam, setidaknya dua kali dalam seminggu, untuk setrika. Padahal suami sudah bilang kalau baju tidak apa-apa kalau tidak disetrika. Baru pada bulan keenam, saya bisa menghentikan kebiasaan yang cukup menguras waktu dan tenaga itu. Saya membentuk kebiasaan baru, setelah baju selesai dikeringkan dalam tumble dryer langsung dilipat atau digantung. Sebagai seorang yang agak perfeksionis, tentu saja saya merasa bangga dengan pencapaian ini karena bisa terbebas dari pikiran “ada yang kurang dengan menggunakan baju yang tidak disetrika” 😀 .

Selama cuti, skill saya yang meningkat adalah memasak. Tentu bukan masakan fancy, tapi masakan sederhana yang cukup untuk menghidupi kami berdua tanpa efek sakit perut setelahnya 😀 . Di sini kami membatasi order makanan untuk menekan pengeluaran. Tapi kalau sedang rindu dengan makanan Indonesia, yang perlu effort jika bikin sendiri, sesekali kami ikutan open PO.

Dua bulan terakhir saya juga mulai rutin mencatat pengeluaran rumah tangga. Hal yang sangat malas saya lakukan sebelumnya, kebiasaan baru yang saya peroleh setelah ikut program 30 Days Cash Flow Therapy di akun instagram @noninadia. Ternyata proses mencatat ini menjadi terapi buat saya, apalagi kalau melihat porsi “Menabung” ukurannya cukup besar dari keseluruhan expenses. Hati menjadi bahagia, pelan-pelan mendekati tujuan finansial.

Masih ada empat bulan tersisa, enaknya ngapain ya selain nonton drakor dan ikut kelas Coursera? 😀

Iklan

Satu pemikiran pada “Delapan Bulan Unpaid Leave, Apa yang Berubah?

Habis maen komen dong :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s