Oase di Padang Pasar: Belajar di Post Santa

Menemukan tempat menghabiskan weekend selain di mall adalah hal yang sangat membahagiakan bagi saya. Tak hanya aman untuk kesehatan dompet, juga baik untuk kesehatan hati. Di mall keseringan melihat pasangan gandengan tangan, bikin hati perih.

Post Santa adalah oase bagi [kami] para pecinta buku. Berada di lantai dua Pasar Santa, Post Santa tersembunyi namun mencolok di kerumunan kios-kios lainnya. Warna kuning dan hitam dengan tulisan “books, gatherings, and all things creative” membuat kios ini berbeda.

Post Santa Pasar Santa
Peserta berusaha mencerna ilmu baru dari Mas Fahri 😀

Gambar diambil dari Pindai.

Toko buku adalah surga dunia bagi saya. Menghirup bau kertas dan membalik lembaran-lembarannya membawa kebahagiaan tersendiri. Post Santa menjadi istimewa karena selain buku, saya juga mendapatkan ilmu di sini dari Kelas Penulisan Narasi. Tidak pernah terbayang sebelumnya kalau main di pasar bisa semenarik ini.

Kelas Penulisan Narasi dibawakan oleh Mas Fahri, editor Pindai.org, bersama Viriya Paramita yang meluncurkan bukunya “Menjejal Jakarta” pada hari itu. Ketika saya tahu Viriya baru berusia 24 tahun, saya merasa minder dan ingin merevisi akta kelahiran. Semuda itu kok sudah berhasil menulis buku. Salut!

Keterbatasan tempat yang dimiliki Post Santa mengharusan Mas Teddy, sang pemilik Post, membatasi jumlah peserta. Kabar baiknya, kami yang hadir di sana dapat berkomunikasi dengan intens dan akrab. Setelah Mas Fahri selesai menyampaikan materi, kami diberi pe-er kecil yakni menulis tiga paragraf pembuka cerita. Kapan lagi bisa mendaptkan masukan langsung dari editor dan penulis muda seperti ini?

Yang paling saya ingat dari materi yang disampaikan Mas Fahri adalah

“Kalau menulis, pastikan menemukan sesuatu yg baru”

Pesan ini penting bagi saya, blogger abal-abal yang baru belajar menulis, untuk bisa menyampaikan informasi baru dari setiap tulisan. Pesan lainnya adalah ketika bercerita gunakanlah kalimat aktif agar pembaca dapat turut merasakan apa yang kita gambarkan.

Kurang afdhol rasanya jika sudah main ke toko buku tapi tidak membawa pulang bukunya. Saya berhasil memindahkan dua buku dari rak Post Santa ke rak di kamar saya. Buku tersebut adalah “The Dusty Sneakers: Kisah Kawan di Ujung Sana” karya Mas Teddy dan Istrinya, Mbak Maesy Ang, dan “Menjejal Jakarta” karya Viriya. Membaca The Dusty Sneakers bak berkaca, karena menceritkan dua orang yang berjauhan dan saling berbagi cerita. Ah, saya tidak sabar menghabiskan bukunya sambil tenggelam dalam kisah Dusty Sneakers!

The Dusty Sneakers
Mohon fokus pada bukunya 😀

Info mengenai up coming events dan buku-buku baru di Post Santa bisa didapatkan  melalui twitter dan instagram-nya. Ayo main ke pasar!

P.S: Di depan Post Santa ada mie karet yang enak: Mie Chino. 

Iklan

33 pemikiran pada “Oase di Padang Pasar: Belajar di Post Santa

  1. Nggak Kak, aku nggak bisa fokus pada bukunya, aku fokus pada sushinya… :hehe.
    Seru, ya. Ajak-ajak dong Mbak kalau ke sana lagi, siapa tahu ada kelas menulis yang ilmunya bisa kita gali :hehe. Dan siapa tahu juga di sana ada buku-buku unik yang bisa dibawa pulang (dibawa pulang doang mah kalau saya, dibacanya entah kapan *miris menatap tumpukan buku baru di atas meja*).

  2. The dusty sneakers adalah salah satu buku yang aku bawa serta ke Belanda Januari lalu, karena review salah satu blogger. Kemudian follow blog mereka dan IG post santa makin suka, ya karena berada diantara aroma kertas buku kan semacam surga dunia 😀

    • Duuuuh macam menemukan cinta gitu di Post Santa. Kok bisaaaa aku baru tau Dusty Sneakers kemarin, duh kayaknya kalo ke Gramed salah milih selasar nih 😀 Kamu udah selese dong ya bacanya?

      • Aku yang tepat menemukan blogger yang difollow haha. Dia malah sudah menampilkan wawancara dua penulis itu diblognya tahun 2014 lalu. Karenanya aku kepincut beli buku ini. Sudah selesai februari bacanya. Pas waktu kamu ke rumah, bukunya sudah cangkruk dirak buku sebelah kamu duduk haha.

  3. lupakan bukunya, mari hitung kalori snacknya itu.. ada 8 biji, kalo 1 nya 100 kalori berarti 800 kalori… sudah merasa bersalah belum…

    #KaboooooooorJauuuuuuuuh

Habis maen komen dong :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s