[Sekilas Mengenai] Tes Pertamina

Tulisan ini aku buat tanpa ada maksud apapun selain membagikan sedikit informasi kepada yang memerlukan. So, don’t get me wrong ^^.

Beberapa waktu lalu, aku mulai mengikuti rangkaian tes yang diadakan oleh PT Pertamina (Persero). Seperti berita yang telah beredar, untuk bisa bergabung dalam suatu BUMN maka kita harus melewati cukup banyak tahapan tes. Program yang dibuka oleh Pertamina disebut dengan BPS (Bimbingan Profesi Sarjana), dan info mengenai BPS bisa diperoleh di situs resmi PT Pertamina (Persero). Selanjutnya, BUMN ini akan aku singkat dengan PTPP, males ngetik panjang-panjang :D.

Berikut merupakan tahapan yang pernah aku jalani, dan informasi ini bersifat subjektif karena berdasar hanya pada pengalamanku semata:

  1. Mengirimkan berkas secara online pada situs resmi PTPP. Di sana harus mengisi beberapa form dan mengupload beberapa files seperti transkrip dan ijazah.
  2. Mengisi soal online. Setelah tahap pertama selesai, maka akan ada soal dalam bahasa inggris yang muncul dan harus dijawab. Anggap saja ini tes pertama :D.
  3. Setelah beberapa waktu, mungkin setelah lolos tes online, maka akan ada undangan melalui email dan sms (seharusnya) untuk mengikuti tes TOEFL di kantor PTPP. Beruntung bagi yang mendapatkan jadwal tes agak siang, aku kemarin harus berangkat subuh biar ga kena macet >.<.
    Tips: jangan lupa untuk membaw KTP dan dokumen yang diminta, persiapkan dari hari sebelumnya (jangan meniru aku yang baru ngeprint jam 5 pagi pada hari H modal nebeng pula karena baru tau kalo dokumennya mesti diisi dengan diketik :D). Buanglah air kecil dan air besar sebelum tes, karena peserta tidak diperkenankan meninggalkan tempat sebelum tes selesai.
  4. Pengumuman tes TOEFL dipasang pada hari itu juga. Aku menunggu kurang lebih 3 jam untuk melihat pengumumannya. Jika lolos tes TOEFL maka akan dilanjutkan dengan tes psikometri pada hari berikutnya. Tes TOEFL dan Psikometri ini kemarin berurutan hari pelaksanaannya.
  5. Pada tes psikometri, aku diberi 40 soal yang harus dijawab dalam 15 menit T_T. Konsentrasi, karena butuh pemahaman dalam membaca soalnya. Setelah soal pertama, akan ada soal kedua yang berjumlah 25 soal dan diberi waktu 25 menit. Soal ketiga berjumlah 200 soal, hmm bukan soal si kalo ini cuma pertanyaan aja kok. Hasil tes psikometri akan diumumkan pada hari yang sama setelah menunggu kurang lebih 2 jam :D.
    Tips: udahlah, konsen aja ke soalnya dan kerjakan 😀
  6. Selanjutnya akan ada email undangan untuk interview user dan HRD.
    Tips: datanglah lebih pagi untuk mempersiapkan diri dan mengurangi rasa nervous yang sering muncul, jawablah pertanyaan mereka dengan jujur and be your self, isi CV dengan jujur juga, inhale deeply and don’t even exhale it to reduce nervous feeling ^^v.
  7. Tunggulah email undangan medical check up dengan sabar, jika memang lulus tes sebelumnya :D. Medchecknya termasuk cukup ribet, aku dateng mulai jam 7.20 pagi dan baru selesai jam 17.00 >.<. Mulai dari tes urine, darah, feses, rontgen, USG, gigi, kadar gula, mata, fisik, detak jantung, diafragma (aku gtau apa namanya), ambeien, pendengaran, dan kebugaran. Untuk kebugaran, cukup dengan lari keliling lapangan banteng sebanyak 4 putaran :D.
  8. Tes terakhir konon kabarnya adalah interview direksi. Dan saya belum ada info soal ini :D.

Kalau mau baca yang lebih detail, silakan aja ke sini.

Good luck. Jangan lupa untuk berdoa dan minta doa dari orang tua kalo memang pengen bergabung dengan PTPP ^^.

Update:

Undangan untuk Interview dengan Top Management datang sekitar 7 minggu dari Medcheck. Kecepatan berlari bukanlah harga mati dalam menentukan apakah peserta lolos atau tidak untuk Tes Medcheck nya, jadi berusaha saja sebaik mungkin :).

Tips untuk interview top management: be your self, ga perlu berfikir untuk memberikan impresi yang berlebihan dengan berusaha untuk menjadi orang lain agar bisa ditrima di sana. Karena hal ini nantinya akan menyusahkan diri sendiri, ketika penempatan di lapangan tidak sesuai dengan kapabilitas kita. Jadi jujur saja ;).

Diterima atau tidaknya, selain urusan Tuhan (karena ini termasuk ke dalam takdir, setelah kita berusaha semaksimal mungkin) menurutku juga apakah skill dan kriteria yang kita punya match dengan yang dibutuhkan. Jika tidak keterima, jangan berkecil hati ^^.

Make The Waiting Time More Fun

Hi everybody, howdy? It took long time from my previous post to write again here, umm about one month I guess. So terrible indeed, because I do miss the time when I can write something here especially if it can give some useful information for you.

For the first, before I go forward, I’d like to say:

Happy Eid Mubarak, Bonne fete d’Idul Al-Fitr 1431H

And I’d like to ask forgiveness for every mistake that I’ve done, I hope we can meet ramadhan again.

After having experiences with delay and waiting time, I have some points that can be way to kill time while waiting. Here we go ^^:

  1. Make sure you’re in health condition, because if you’re sick you can feel more sick while waiting :D.
  2. Bring water and foods if you have to, because unpredictable waiting time can make you hungry . Sometimes in an occasion,it will be difficult to find food or canteen around you.
  3. Bring things that you love. From my experiences, I’ll make sure to bring 3 things with me before I left home: phone, book and mp3 player.
  4. With my phone, I can communicate with my friends and fams through sms, palringo, twitter or facebook from opera mini that installed on it. I also can read news, watch movies (even though it can’t display subtitles >.<) and listen to music ^^. If you’re using phone with windows mobile, you can play divx files on it by installing Core Player (it’s cool *wink* ).
  5. Most of the time, I bring novel with me to be a companion. Novel that I brought when I had to be patient with 2 hours delay from Sriwijaya Airline on previous Tuesday was Eat Pray Love.
  6. Songs will make my day brighter, so I’ll regret if I forget to bring my mp3 with me.
  7. You can bring your laptop (if it possible), and do many things with it.
  8. Sleep :D. It’s good idea, right?
Lovely things

Be creative while waiting ^^.

When I Had Thypoid

Tiga minggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 16 Juli 2010, adalah pertama kalinya aku merasakan pengalaman harus “menginap” di RS. Sebenarnya ini adalah pilihan terbaik yang aku punya, mengingat hari itu adalah hari kelima aku demam dan ga sembuh-sembuh.

Diawali dengan weekend sebelumnya, aku liburan ke Malang bersama Elly. Perjalanan ke Malang memang cukup melelahkan, karena kami memutuskan untuk naik KA dari Bandung. Naik KA memerlukan kreatifitas dan stamina yang baik, karena kita harus pinter-pinter mengatur posisi duduk dengan berbagai macam gaya untuk meminimalisir rasa pegal pada punggung dan bokong.

Pulang dari Malang hari Minggu, dan harus ke Surabaya dulu karena beli tiket pesawat Surabaya-Jakarta. Badan memang sudah terasa cukup lelah, apalagi musti menggendong tas ransel yang rasanya sudah beranak di dalam. Waktu berangkat, tas ransel tidak seberat waktu pulang *sigh*. Pulang ke Jakarta sendirian, karena my partner in crime pulang hari Senin. Walaupun cape, aku begitu menikmati perjalanan sendirian seperti ini.

Singkat cerita, dengan kondisi badan yang kurang fit aku mengkonsumsi makanan yang kurang higienis untuk saur. Mulai dari Senin pagi merasakan badan agak demam dan tenggorokan sakit. Hari Selasa aku ga masuk kerja dan pergi ke RS yang letaknya selemparan batu dari kosan. Tadinya aku pikir memang butuh istirahat aja, tapi habis minum obat tetep ga baikan. Dokternya bilang kalo memang masih demam, keesokan harinya aku harus periksa darah.

Karena kurang percaya dengan performa dokter yang ada di RS tersebut, akhirnya aku memutuskan untuk periksa ke RS yang ada di Lippo Cikarang, yang konon kabarnya lebih bagus daripada RS yang aku kunjungi sebelumnya. Dokternya bilang kalo aku cuma kena radang tenggorokan, walo waktu itu buat jalan saja kondisiku mulai “kurang normal” karena badan agak panas dan kepala agak pusing.

Entah di malam yang keberapa, aku merasakan kondisi badanku makin aneh. Kipas angin yang ada di kamar udah aku matikan, udah memakai selimut tebel, sebenarnya di kamar juga nggak dingin tapi badanku menggigil. Malam itu usahaku untuk tidur pun gagal total, karena ga berapa lama aku muntah-muntah. Honestly, I was so terrible.

Walaupun demikian, pada hari kamis aku berusaha untuk tetap masuk ke kantor karena udah 2 hari ga masuk kerja. Begitu juga dengan hari jum’at. Di jum’at itu, aku udah merasa benar-benar perlu untuk melakukan tes darah karena setelah mengkonsumsi obat dari dokter tidak juga ada kemajuan. Malah sebaliknya, badanku makin sakit.

Finally, hari jum’at ijin pulang jam 10 pagi. Karena di sini jauh dari keluarga dan sebisanya I’ve to take care of myself dan miminimalisir diri untuk merepotkan orang lain, maka aku ke RS dengan naik ojek. Lagian letak RS nya dekat dari kantor.

Dengan keadaan demam rada tinggi, pusing, tenggorokan perih bahkan untuk sekedar minum air putih dan beberapa keluhan lainnya, aku sesampainya di RS langsung ke tempat pendaftaran untuk menyerahkan kartu rawat jalan dari kantor sebelum menuju ke UGD. Di UGD curhat sama dokternya dan diambil sample darah. Aku harus menunggu 1 jam untuk mengetahui hasil labnya, jadinya sambil nunggu aku tiduran di UGD. Eh dikasih teh manis hangat loh walaupun ga diminta *seneng karena uda haus hihi*.

Dalam hati udah pasrah aja kalau memang musti di rawat inap. Karena kalau di RS pasti aku lebih terurus, baik dalam hal makanan maupun obat-obatan. Setelah hasil lab datang, dokternya memang menyarankan rawat inap dan katanya aku diperkirakan kena thypoid alias tipes ringan.

Tanpa bekal apapun, ngamarlah aku di RS Mitra Keluarga Cikarang yang masih baru dengan berpakaian atasan batik dan bercelana kantor >.<. Dengan badan lemah lunglai tak berdaya *halaaah*, aku di antar susternya ke kamar. Kamarnya berisi 3 buah ranjang, tapi saat itu cuma aku sendirian penghuni kamar tsb.

Awalnya serem juga di kamar sendirian, RS nya sepi karena masih baru, di tambah film-film horor Indonesia yang belakangan senang sekali menceritakan soal beberapa konfigurasi dari sosok suster. Tapi karena kamarnya bersih, terang, ada tv nya, susternya sering banget datang ke kamar, aku jadi ga pernah merasa serem.

Selama dirawat temen-temen dan bos gantian menjenguk, thanks to you all guys and gals for all the things that you did for me, Mbak Fai tiap hari datang dan membawakan segala macem barang yang aku request *big hug for her*, dan ibu penjaga kosan juga membawa pulang baju-baju kotorku. They were so helpful and made me happy ^^.

Tadinya aku berfikir mungkin cuma 3 hari aja ngamar di RSnya. So, I just told my mom that I was sick without information about stay in hospital karena ibuku orangnya super panikan dan khawatiran. Selama aku bisa menghandle semua urusanku sendiri, I’ll do it by myself. I don’t want to be a burden for others.

Hari kedua di RS keadaanku semakin memburuk. I still remember how painful it was; I couldn’t swallow, everytime I drank water I’ll cry, muka merah dan membengkak, dan demam semakin tinggi mulai dari sore hari sampai malam mencapai 39,5 derajat. Posisi tidur udah aku ubah berkali-kali untuk meminimalisir rasa sakitnya, but it didn’t work. So at 10.30 PM I decided to send a message to my oldest sister and told her about my condition.

Saat itu sekitar hampir jam 11 malam, aku kehabisan air minum. Without any companion beside me, dan aku merasa sungkan untuk memanggil susternya karena udah bolak-balik aku panggil, maka aku jalan ke ujung lorong tempat para suster jaga berada dengan tangan kiri membawa botol minum dan tangan kanan menuntun tiang infus. Dan saat itu aku baru berfikir, it’d be so helpful and nice if my family were here. Sakitnya ga kunjung reda dan aku ga bisa tidur. Sampai akhirnya I said to God “Ya Rabb, aku ikhlas” and I felt better.

Akhirnya mbakku sampai di Cikarang pada hari selasa, karena pada seninnya dia harus mengurus cuti dan sisa-sisa kerjaannya. Ga tau kenapa, tapi aku merasa dia super khawatir dengan kondisiku yang padahal sudah semakin membaik :D. Thanks God she was here, keurus banget :lol:. Beberapa hari waktu udah pulang dari RS aku ga ngapa-ngapain, tinggal makan, internetan dan nonton tv doang ihihi.

When I was sick, I kept thinking that I feel terribly awesome because I can handle most of the things by myself *narsis mode: on* :lol:. I feel I’ve changed, because I used to be spoiled as youngest child and also I’d like to blame my ex-boyfriends who acted as good guys and tried to make me happy as much as possible *kidding*. I think being independent as much as you can will make you feel stronger, that’s why I don’t want to put any kind of expectation on other people’s shoulders because it will be a new burden for them.

For all, jaga kesehatan apalagi sedang bulan Ramadhan. Makan makanan yang higienis sebisa mungkin, tercukupi kebutuhan gizinya walaupun aku tau berat rasanya musti menyiapkan makanan sahur dikala mata ingin terpejam dan badan merindukan kasur :D. Jangan sampai sakit.

And I want to say

Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga puasa kali ini membawa banyak berkah dan ibadah kita bisa meningkat. Mari berpuasa dengan riang gembira biar ga terasa laparnya ^____^.

Sepertinya enak untuk berbuka *drool*

Picture taken from here.

Warisan Dari Rumah

Dulu waktu masih tinggal serumah dengan orang tua, maksudnya pas masih sekolah dan belum mulai ngekos (note: aku mulai jadi anak kos sejak kelas 1 SMA), ibuku sering ngomel soal hal-hal kecil dan printilan di rumah. Kadang aku berfikir ibu berlebihan, cerewet, dan kurang mengerti anak muda yang pengen santai-santai kalau sedang ada di rumah.

Sebenarnya banyak kemudahan yang ibu berikan buatku yang notabene adalah anak bungsu. Saat SD aku jarang sekali melakukan pekerjaan rumah, karena aku harus berangkat ke sekolah jam 5 pagi dan sering kali sampai rumah jam 3 sore. Hal ini dikarenakan lokasi perumahan tempat bapak bekerja saat itu jauh dari sekolah yang ada di Singkawang.

Aku ingat, pernah suatu ketika ibu memasak opor dan semua orang yang lagi di rumah sedang makan siang dan menonton tv sementara aku masih di dapur. Waktu itu aku ngotot ingin menggoreng telur menggunakan margarin dan dicampur dengan bawang merah. Menurutku merupakan suatu prestasi kalau aku berhasil menggoreng telur seperti yang pernah ibu masak.

Aku kocok telur, bawang merah dan margarin di mangkok, dan memanaskan wajan di kompor. Setelah itu, aku masukkan kocokan telur tadi ke wajan. Dan hasilnya? Bisa ditebak: gosong. Aku protes ke ibu, kenapa kok gosong padahal sudah dikasih margarin. Ternyata margarinnya harus dipanaskan, bukan dikocok bersama telur T_T.

Untuk soal mencuci baju dalam jumlah yang (yaaa bisa dibilang buat anak SD) agak banyak dengan menggunakan tangan, sepertinya pertama kali aku lakukan pada saat kelas 6. Waktu itu sedang ada kerusuhan Sambas pada tahun 1999, sehingga keluargaku dan beberapa tetangga yang saat itu sedang dalam perjalanan pulang dari Pantai Pasir Panjang tidak bisa pulang ke rumah, dan harus menginap di rumah rekan kerja bapak di Singkawang.

Aku disuruh ibu membantu anak tetanggaku (aku lupa namanya, waktu itu si mbak ini udah SMP) yang sedang mencuci baju kami-kami yang numpang menginap. Di saat itu aku baru sadar, I have no idea how to wash clothes by hand. Kebanyakan aku cuma melihat si mbak tadi ngucek dan membantu sedikit-sedikit, karena kalau aku turun tangan sepertinya malah ngerecokin dan bukannya membantu T_T.

Karena merasa ini adalah aib, sebagai seorang anak kelas 6 aku tidak mahir mencuci baju, dari situ aku belajar beberapa hal seperti:

  • kalau mencuci harus dibilas beberapa kali sampai busanya hilang dan bersih
  • tiap pakaian besar dan kecil harus dikucek hingga nodanya hilang

Ibu orang yang rapi dan kadang aku menilainya cenderung perfeksionis untuk beberapa hal. Biasanya kalau hari libur aku akan dibangunkan jam 5 untuk sholat subuh, dan jika beruntung maka aku bisa tidur lagi setelah sholat. Namun keberuntungan itu jarang terjadi :D. Ibu akan mengajakku mulai melakukan pekerjaan rumah, yang diawali dengan ritual menyapu rumah dan halaman.

Ada teori yang harus dipenuhi dalam melakukan pekerjaan rumah ini, jika aku tidak ingin mengulang untuk mengerjakannya lagi. Misalnya:

  • untuk menyapu halaman, maka aku harus mengarahkan sapu lidinya ke satu arah dan mengumpulkan sampahnya di satu tempat biar bekas sapu yang ada di tanah tadi terlihat rapi.
  • kalau menjemur pakaian harus dibalik (supaya warnanya tidak lekas pudar), dihadapkan ke satu arah dan diurutkan sesuai besar-kecil ukuran pakaian itu.
  • setelah mencuci piring, bersihkan tempat cucian piring dan keringkan dengan lap.
  • untuk menata pakaian di dalam lemari, urutkan juga dari yang lebar ke yang kecil, dll.

Dulu aku suka sekali ngomel jika harus menuruti aturan-aturan ini, kadang mikir kalau ibuku itu berlebihan. Tapi ibu selalu bilang, kebiasaan itu ga bisa dibuat dalam sehari apalagi ketiga anaknya adalah perempuan yang sudah seharusnya bisa mengurus rumah dengan baik.

Setelah jauh dari ibu, aku menyadari kalau memang bekal pelajaran serta hukuman untuk mengulang pekerjaan rumah yang pernah aku alami itu berguna sekali. Sekarang aku terbiasa untuk rapi, yah bisa dibilang bisa menata kamar sendiri dan menghandle pekerjaan rumah dengan baik (walau tetep, aku tidak seberapa suka dengan yang namanya mencuci baju >.<).

Efek lain juga ada. Tidak jarang aku yang kecapekan pulang kerja tetap berusaha untuk merapikan kamar terlebih dahulu jika memang sedang berantakan. Jika alam bawah sadarku mulai “merasa gatal” dengan sesuatu yang tidak rapi dan mengganggu mataku, maka aku akan merapikannya juga T_T atau aku akan benar-benar pura-pura tidak melihat (agar tidak tergoda untuk membereskannya).

Kalau melihat video ini, aku jadi bertanya “apakah aku juga menderita OCD gara-gara kebiasaanku ini?”.

Biasanya kalau berangkat ke kantor dan mau menutup pintu, aku akan balik lagi ke dalam kamar untuk merapikan selimut yang masih sedikit berantakan seperti gambar ini.

Menurutku setinggi atau sekeren apapun karir perempuan, dia tetap harus bisa melakukan pekerjaan rumah dengan baik karena dia akan menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Women belong in the house… and the Senate.  ~Author Unknown

Thank you, Mom ^___^.

Gambar diambil dari sini.

Gembel Time To Phuket (Part 1)

I’d like to say thank you to Air Asia (brasa promosi) for giving low fare ticket, so I can go to Phuket.

Tiket ke Phuket udah dibeli dari jauh-jauh hari, bulan November 2009. Tadinya sih ga kepikiran buat maen ke sana. Tapi entah kerasukan apa, setelah tau Elly, Wawan, Chocky dan Mas Eriek beli tiket, aku langsung beli juga pada hari yang sama ^^ *kerasukan setan CC sepertinya*.

Mau ke sana diribetin dulu dengan masalah cuti di kantor. Entah kenapa, rada susah juga untuk urusan mengajukan cuti selama 2 hari (doang) di sini. Approval cutiku yang pertama di reject, diminta untuk sehari aja cutinya. Akhirnya (ngotot) mengajukan approval lagi, dan pada H-1 baru diapprove sama si manager.

Persiapan ke sana seadanya aja sih, nggak yang ribet juga walau ini pengalaman pertama pergi ke luar negeri *udik abis*. Hal-hal yang termasuk penting untuk dibawa adalah:

  1. Passport, yak harga mati ini mah. Cek masa berlaku passport, ga boleh kurang dari 6 bulan.
  2. Kartu NPWP serta photocopy-annya buat urusan bebas fiskal.
  3. Kemaren juga bawa photocopy-an akta, sebagai tindakan preventif dari seorang yang memiliki nama hanya 1 kata ^^. Tapi ternyata ga dipake kok.
  4. Baju ganti dan kawan-kawannya.
  5. Obat-obatan.
  6. Segala macam cream yang diperluin buat muka dan badan. Tapi bawanya jangan banyak-banyak, karna maksimal hanya 100ml yg bisa dibawa ke kabin.
  7. Kaos kaki juga perlu, karna kita ga tau bakal solat di mana dan dengan gaya seperti apa.
  8. DUIT dan tiket tentunya. Ini penting sekali ^^.

Penerbangan dari Bandara Internasional Seokarno Hatta ke Phuket kurang lebih selama 2.5 jam. Walau bandaranya kecil (waktu sampe di sana cuma ada 1 pesawat doang yang parkir), tapi bersih.

Sampe di sana langsung menuju ke toilet dulu, sebelum ke bagian imigrasi. Udah jauh-jauh ya ke sono, tapi yang aku dan Elly denger pertama kali di toilet cewek adalah

“Wadhem yo banyune ndek kene”

Yang kalau diartikan di bahasa indonesia adalah dingin ya airnya di sini. Misal ada yang ga tau, itu tadi adalah bahasa jawa cuy :lol:. Ini Thailand apa Suriname si? 😀

Di bandara

Untuk menuju ke Phuket Town di 165 Ranong Rd. Maung T. Taladyai Phuket, di mana penginapan kami “Phuket Backpacker” berada, kami memilih untuk menggunakan bis karna lebih murah dibanding kalo naik taksi, yakni @TBH85 ato sekitar Rp 25.500. Perjalanan ke sana kira-kira 45 menit.

The airport bus

Harga penginapannya sendiri adalah THB250, atau sekitar Rp 75.000. Pelayanan dan fasilitasnya memuaskan. Kamar dan kamar mandinya juga bersih. Jadi recommended buat yang nyari penginapan murah dan bersih di Phuket. Sebagian besar si isinya bule ^^.

Phuket Backpacker

Setelah check in, kami jalan ngiterin Phuket Town. Kotanya ga rame. Yang bikin beda dengan Indonesia adalah lalu lintasnya yang teratur, motor itu ada keranjang depannya dan banyak mobil berjajaran di pinggir jalannya, mobilnya keren-keren pula. Walau kotanya kecil, di sana banyak lampu lalu lintasnya.

Tapi ada juga yang serem, masalah tiang dan kabel listrik. Unbelievable, keluar suara-suara aneh dari kabel listrik di sepanjang jalan. Iya, sepanjang jalan! Meteran listrik dan stop kontak (colokan listrik itu apa si namaya?) dengan gampangnya ditemukan di tiang listrik di sana. Ajegile.

Kabel listrik yang serem abis

Mulai dari sore sampe malem, kami mengunjungi kuil (lupa Wat apaan namanya), foto-foto di pinggir jalan, dan setelah nyadar kalo laper kami nyari tempat makan.

Di depan Thaihua Museum
Di depan Thaihua Museum

Yang di atas ini cuma foto di depan museum, museumnya udah tutup karna uda kesorean. Kalo kata Chocky si sebagai tanda kalo kami udah pernah lewat sana heheh.

Elly nampang di depan Wat
Wajah girang bisa maen ke Phuket
At the cross road

Setelah beradu argumen sebentar untuk masalah tempat makan, kami sepakat untuk makan di sebuah tempat yang penampakan dari luarnya cukup meyakinkan dan harga masih bersahabat. Rada susah buat nyari warung yang 90% halal. Tapi bismillah aja, kami mesen makanan yang gada porknya. Nama tempat makannya “Wanchan” di 68 Thalang Road.

Wanchan

Aku pesen spicy sour prawn soup alias tom yam TBH90, orange juice TBH40, dan es kelapa muda TBH40. Tom yamnya enak dan seger banget. Setelah perut kenyang, kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di taman kota setelah ngeliat patung naga keemasan dari jauh. Ada sejarah tentang berdirinya taman kota ini yang ditulis di dinding monumennya, tapi aku lupa ^^.

Monumen yang isinya soal sejarah taman kota
The dragon statue

Setelah puas foto-foto, kami sepakat untuk pulang. Nah di jalan aku foto dulu di salah satu mesin ATM nya. Keren warnanya, merah-merah ^^ *oke, udik abis*. Pas ngelewatin pasar deket penginapan, kami juga nyantol dulu buat beli durian dan mangga. Kalo beli mangga di sini bisa minta kupasin dan potongin skalian loh.

Bersanding dengan ATM
Nawar mangga di pasar ^^

Sampai di penginapan udah jam 10 malem. Kami langsung mandi dan istirahat. Niatan untuk maen uno diurungkan karna kaki udah pegel dan perlu energi untuk perjalanan keesokan harinya.

Pengalaman yang aneh pas nginep di sini adalah pas lagi sholat subuh. Solat subuhku dengan gaya yang beda? Ya ga lah. Pas solat dan lagi berdiri di rakaat pertama, tau-tau ada bule cewe dari ruangan sebelah yang badannya gede berhenti di sebelahku. Dia baru bangun dan masih dalam keadaan mabuk, ngeliatin aku solat. Mending kalo ngeliatnya dari jauh, tapi ini nggak. Dia mendekatkan mukanya ke mukaku. Sereeeem >.<, mana masih rakaat pertama pula. Takut aja kalo tiba-tiba dia melakukan hal yang aneh-aneh. Untung aja Elly cepet dateng dan ngomong ke bulenya:

Elly: she’s praying. She’s a moslem.

Bule mabok: Oh that’s beautiful. I am too lazy to wake up in the morning to pray. Blahblahblah.

Aku (dalem hati): bule sinting

Si bule tadi ternyata dari NZ. Dengan masi sempoyongan, dia narikin tas-tasnya yang segede gaban keluar kamar buat diberesin. Katanya hari itu dia mo pulang ke kampungnya setelah 7 bulan keliling-keliling.

Habis kelar beresin barang-barang, kami check out. Yak, cukup sesore semalem aja menginap di Phuket Backpackernya. Tujuan selanjutnya adalah mengunjungi tempat lain di Phuket yang bakalan ditulis di postingan berikutnya ^^.

Have a nice day all. We have to be happy and smile all the time ^^

Donor Darah

Ya, saya lagi malas untuk blogging in english. Daripada hiatus lama-lama dan blog jadi mati suri, mending postingan kali ini pake bahasa ibu saja ^^.

Hari ini adalah pengalaman pertamaku untuk donor darah. Padahal kemaren baru saja mengunjungi poliklinik di kantor untuk minta obat tambah darah, karna tensi rendah dan 2 minggu belakangan suka tiba-tiba pusing ga jelas.

Entah ke sambet apa, padahal kemaren bujuk rayu untuk donor datang bertubi-tubi *hiperbola dah*, tapi tak menggoyahkan imanku untuk TIDAK melakukan donor hehe. Walaupun kemaren ga donor, tapi tetep kebagian bubur kacang ijo. Enaaaak..padahal itu buatan kantin kantor :D.

Nah ini tadi tiba-tiba kepikiran ikutan donor. Mungkin setelah mengingat koleksi dosa yang banyak dan pengen tau rasanya donor, makanya mendapatkan hidayah dan memutuskan untuk berpartisipasi hehehe.

Keputusan ini pun tidak terjadi begitu saja, namun harus melewati peperangan batin *halaaah*, adu argumen dengan beberapa temen yang udah donor duluan, dan kebetulan aku juga belum sarapan (karna konon kabarnya yang belum sarapan ga boleh donorin darahnya).

Akhirnya ada satu hal yang semakin meneguhkan niatanku untuk mendonorkan darah. Kurang lebih seperti ini ilustrasinya:

Si pembujuk: Ayuk donor yuk, ga bikin gemuk kok ^^.

Aku si calon korban: Nggak ah, serem >.<

Si pembujuk: Ntar dapet bubur kacang hijau lagi loh..

Aku si calon korban: Ho yaa? *Wajah girang*. Boleh de 😀

Ternyata keteguhan hatiku kali ini hanya seharga dua mangkok bubur kacang hijau. Sungguh sulit dipercaya -_-;.

Aku ga takut si sama jarum suntik, tapi sebisa mungkin menghindar *ngeles*. Apalagi musti ada ngambil sample darah yang jarumnya dicucukin ke jari itu. Haduuuh malas sekali, karna aku dulu punya pengalaman tidak menyenangkan dalam hal ini pas masih muda belia.

Akhirnya sampai di TKP, dengan berat badan yang termasuk berlebih dan tidak mengidap AIDS atau penyakit menular lainnya, aku resmi diperbolehkan jadi pendonor. Yaaaay! ^^ Seneng, tapi serem. Seneng karna bisa sarapan bubur *sluurp* dan dapet pengalaman baru *yeah i am so excited on it*, serem karna kayaknya kok sakit ya dicucuk jarum -_-.

Setelah kelar sarapan, aku pasrah aja di kasurnya dan sibuk meyakinkan diri “sakitnya cuma sebentar koook *wink*”. Syukurlah mbak petugas PMI nya pinter, ga susah nyari titik untuk mancepin si jarum durjana itu.

Aneh aja rasanya ngeliat darah ngalir dengan derasnya keluar dari dalam tubuhmu dan tau-tau udah terkumpul sekantong. Semoga ga dipake buat shooting sinetron deh darahnya, bikin ga ikhlas >.<.

Ada yang bilang kalo habis donor bakal lemes dan pusing. Aku mulai khawatir, karna aku sebel banget kalo udah pusing gitu. Apalagi ntar malem brangkat ke Jogja, ga asik kalo pas di sana ntar tepar.

Ternyata tidak saudara-saudara! Aku hanya merasa ngantuk dan sedikit kehilangan selera makan :D. Sekarang ini kok udah ngrasa kenyang, padahal tadi cuma makan buburnya 2 mangkok kecil, lemper 1, makan siang nasinya 4 sendok, sari roti dikit, sama telur rebus. Eh ini uda kebanyakan ya seharusnya? :lol:.

Lain kali ikut lagi ah^^.

Hayo yang masih takut mau donor, ga sakit kook *crossing fingers* hehehehe. Darah kita berguna banget bagi orang lain, bisa menyelamatkan nyawa juga ^^. Ajaib! Hihihi..

Ways To Improve Your English Skill

Lately, many friends of mine start learning to improve their english. It’s a groovy thing to do. Looking at this phenomenon makes me thinking some ways that can be used to learn english gayly *why this word sounds gay. Are gays happy?*.

All of this thought is applicable and possible to do indeed hihi. You can add your ideas here too with leave some comments (if you want to) ^^.

  1. Listening western songs that use english. With this activity, you can improve your listening skill. Moreover while you’re reading the lyric, you can get some lessons too. This is an entertaining way to learn english.
  2. Watching a movie without subtitle or with english subtitle. You can get two lessons at a time, both of reading and listening skills. Choose your favorite movies to squire you while learning.
  3. Reading books. But i do this rarely, i dislike to read english language novels. Because it can mislead me to understand whole of the story. Ya ya, i am not too good in this case ^^.
  4. Compared with reading english language novels or books, i prefer to read english blogs. I love reading their experiences and getting pleasing information about some stuffs or thoughts.
  5. Getting involved with people outside Indonesia, make a friendship or relationship with them *ngakak*. You’ll push your self to improve your english because there’s no another way out to communicate with them. Dont feel shy or keep thinking you’ll embarasse your self while communicating with them, moreover if your partner doesn’t come from a country that use english as their mother tongue. You have to becareful while choosing a foreigner, choose a good and cute one ^^  (maybe both of you can meet your destiny and have a crush hihihi).
  6. Learning from english tutorial books or sites directly ewwww….
  7. Joining an english course which have native speakers.
  8. Making a small group with your friends and an agreement that you’ll learn together in some ways. You can practice speaking skill, share some advices and knowledges too. Don’t feel ashamed, keep in your mind that your friends are not better than you so you can feel more confident to express yourself.
Blah blah

Humm, let me think another option ^^. I just had these ideas so far.

Have a nice day all…

Hari Lari-Lari

Warning, postingan ini bakal panjang. Kalo lagi ga jelo akut, mending bacanya ntar aja de ^^.

Hi all, comment ça va? ça va bien? Hihi bukan belagu, emang bisanya ini doang :lol:. Oh ya sepertinya udah lama ya aku ga nulis blog, dan kalian pasti merindukanku. Mengakulah *ngarep* ahahah.

Ini udah jam 23.35, dan setengah jam lalu aku baru pulang kerja. Iya, ga salah baca kok. Semalem ini baru pulang kerja, ada kerjaan yang musti dikelarin (walo sampe pulang tadi masi kurang 20%) karna tadi dari pagi mpe sore ijin outgoing buat ambil passport ke Cipinang Jakarta Timur. Eh iyaaa, passportku uda jadi loo ^^. Senengnyaaa, mengingat perjuanganku dan Pinky yang bolak balik ke sana (termasuk membuat bos merilis email yang berisi peraturan ijin kerja hihihi), dan harus beradu dengan para calo. Ah pinky aku salut dengan kesabaranmu ^^ (sabar apa rela ditindas si Pink? hehe).

Yay, passportku uda jadi ^^

Itu meja kerjaku rapih sekali ^^. Baca selebihnya »

Membuka Rekening Baru di Bank Mandiri

Beberapa waktu yang lalu, aku pernah googling soal cara membuat rekening baru di Bank Mandiri. Rata-rata dari info yang aku dapet, kesannya tu susah dan ribet banget. Dicantumkan pula bahwa salah satu syarat untuk membuka rekening di Bank Mandiri adalah memiliki KTP setempat atau surat keterangan domisili dan surat keterangan bekerja dari kantor.

Nah hari ini tadi, dengan mendapat info langsung dari teman sekantor yang duduknya tepat di depanku (but thanks God, the cubical separates us *dilempar set ma Uul*) kalo ga seribet itu kok untuk memiliki rekening di Mandiri, maka aku pergi ke banknya langsung.

Here is the guide how to create a new bank account in Mandiri for dummies hehehe:

  1. Pergi ke banknya, pastikan bener Bank Mandiri ^^.
  2. Biasanya langsung ditanyain ma satpamnya soal keperluan kita ke sana.
  3. Ntar bakal dikasih form isian untuk aplikasi Tabungan Mandiri.
  4. Jangan lupa bawa KTP.
  5. Kalau KTP yang ditunjukkin bukan KTP setempat, maka bakal ditanyain di mana tempat kerjanya dan apa ada surat keterangan kerja. Kalo CSnya baek maka bakal dibilangin “punya ID Card dari perusahaan?”, tapi kalo CS nya minta surat keterangan kerja bilang aja “saya adanya ID card ini” dengan rada ngotot dan sedikit ancaman kalo perlu.
  6. Kalau foto di ID Card kantor ga sama dengan foto yang di KTP karna foto di ID kantor mirip TKW yang disiksa, maka berusahalah sekuat tenaga untuk meyakinkan CSnya kalo itu adalah fotomu.
  7. Siapkan duit minimal Rp 56.000,-. Yang Rp 50.000,- buat setoran awal dan Rp 6.000,- nya buat bayar materai.
  8. Udah kelar, buku tabungan bisa langsung dibawa dan ATM bakal jadi 8 hari kemudian.

Gimana, gampang bukan? *grin*

Pulang dari bank kehujanan, clana dan sepatu basah semuanya. Tapi tetep aja mikir, just do what you want to do and take whatever the result as experiences ^^. I am happy..

Mengurus KTP (Yang) Hilang

Yap, level up, pengalamanku bertambah soal mengurus beginian. KTP anda hilang? Mudah saja solusinya *suara ala iklan layanan masyarakat di tv*. Karna kemaren aku ga bisa ngurus sendiri, jauh kalo harus mudik dulu buat ngurus KTP doang, makanya aku minta tolong ke temen buat ngurusin.

Berikut adalah panduan mengurus KTP hilang for dummies:

  1. Pastikan KTPmu bener-bener hilang. Karna ntar pas uda di tengah jalan ngurus dan repot, ternyata KTP hanya terselip di mana gitu, kamu pasti akan ngomel setengah mati ^^.
  2. Minta Surat Keterangan Kehilangan dari Kantor Polisi, yang mencantumkan tulisan bahwa KTP mu hilang.
  3. Dokumen-dokumen yang aku paketin ke temenku kemaren adalah: fotokopi KK, Surat Kehilangan, fotokopi KTP lama yang hilang (kalo ada), foto 2 lembar, sampel tanda tangan di atas kertas putih, dan jangan lupa uang untuk biaya mengurus KTP nya.
  4. Gatau apa yang dilakuin temenku di sana buat step ngurus KTPnya. Katanya si ke Kantor Kelurahan dulu, trus baru ke Kantor Kecamatan. Dan KTP ku langsung jadi pada hari itu juga ^^.

Seneng rasanya kembali menjadi warga negara legal ^^. Jadi bisa ke mana-mana dengan damai, bisa buka rekening di bank dan bisa ngurus passport.