Friends Are The Siblings God Never Gave Us

Feels like home mungkin deskripsi perasaan saya ketika berada di kantor. Ya bukan berarti bisa tidur-tiduran gulung sana sini juga, cuma betah aja so far. Kurang lebih sudah 7,5 bulan saya OJT di kantor ini, dan 10,5 bulan saya menjalani masa pendidikan dari total 12 bulan (dipotong 1 minggu untuk libur pendidikan).

Awal masa menghadapi OJT saya mengalami keparnoan to the max, membayangkan situasi kerja yang masih absurd dan yang pasti akan berbeda dengan kultur di kantor saya sebelumnya, bagaimana kalau saya tidak bisa mengikuti ritme kerja, susah menyesuaikan diri dsb. Ternyata lagi-lagi God knows us well 🙂 *yaeyalah*. Masa-masa ini saya merasakan:

The future is scary but you can’t just run back to the past because it’s familiar. Yes it’s tempting, but it’s a mistake – HIMYM

God gives me best partners and seniors, ya meskipun saya dibully secara lisan dulu :p. Tidak hanya urusan pekerjaan saja, kami juga berteman dalam hal berburu makanan.

Posisi meja di kantor itu berhadap-hadapan dengan pembatas rendah, ada untung dan ruginya sih. Keuntungannya akan lebih memudahkan untuk berkomunikasi, membajak makanan, pinjam telpon kantor, dan ceng-cengan. Kerugiannya ya bakal eneg ngeliat yang duduk di depan kita :p. Kebetulan satu booth saya itu berisi 4 orang, sisa lajang di dalam tim. Untuk lebih memudahkan, saya perkenalkan ketiga rekan kerja dan teman saya.

Tante dan Kak Mami
  1. Tafir (nama tenar), fotonya sudah nongol beberapa kali di blog ini. Dia adalah ketua kelas angkatan saya dan kami adalah dua orang (dari total 23 orang) yang ditempatkan di sub unit yang sama (fungsi kami dibagi ke dalam 6 sub unit). Pertama saya mendengar pembagian posisi OJT, I kept asking why, kenapa God memilih kami ditempatkan pada sub unit ini, padahal tadinya saya berfikir saya akan ditempatkan di sub unit lain yang merupakan tempat 61% teman-teman sekelas saya berada. Dan jawabannya adalah I can learn much from him and he helps me, since I have many weakness apalagi dengan loading yang sedikit lambat dalam memahami hal-hal baru sejenis end to end business process -___-.
  2. Kak Mami (nama mangkal). Dia ini dua angkatan di atas saya. Awal melihat penampakannya, orangnya terlihat “nyungkani” dan seperti biasa saya tertipu! 75% kata yang keluar dari mulutnya bakal bikin ketawa, kocak abis baik ketika dihina-dina maupun sebaliknya. Kak Mami selain membantu soal pekerjaan, hal-hal yang tidak didengar oleh anak-anak baru, ilmu tifmenif (tifu menifu :p) juga bisa diandalkan untuk urusan agama karena dia masih menjaga darah ke-arab-annya. Intinya: gada lo ga rame ;).
  3. Tante. Tante ini satu angkatan di atas saya, tipe-tipe wanita kalem Jogja yang penurut dan tidak galak walaupun nada suaranya sudah ditinggikan :p. Bersyukur ada si tante, karena hanya ada 4 perempuan di tim saya dan yang dua lainnya sudah berkeluarga.

    Kak Mami, Kak Ucup dan Kak Antie

Di titik temu meja kami ada space untuk sesajen, menaruh makanan baik yang memang sengaja dibawa dari rumah (biasanya Tafir membawa makanan import oleh-oleh bapaknya) atau hasil meeting. Belakangan dan ke depannya, sepertinya bakal panen meeting, karena banyak running project. Makin banyak meeting = makin banyak rejeki #eh #salahfokus *maklum pelajar* hehe. Sebenarnya meeting seharian itu sangat melelahkan *note to self*.

Ngomong-ngomong soal kerjaan, kata Kak Mami saya perlu diruwat. Bagi yang tidak tahu arti diruwat, kurang lebih artinya didoakan gitu sebagai tolak bala. Sejak saya OJT, konsultan saya sudah ganti 3 kali. Konsultan yang pertama pindah ke project perusahaan lain. Sehari setelah konsultan pertama non aktif secara resmi, konsultan kedua saya sakit hingga dirawat inap selama 20 hari di RS dan setelah lebaran kemarin baru masuk lagi. Kemudian untuk mengganti konsultan kedua, yang masih dalam masa recovery, konsultan ketiga bergabung dan baru 3 hari ke kantor dia sudah ijin sakit kena campak. Kak Mami yang duduk di depan saya, hari ini ke RS Aini karena mata kanannya yang awalnya tidak minus sekarang menjadi minus. Bukan salah saya kan semua itu, memang sudah takdirnya :p.

Selain mereka, ada juga Kak Antie. Kami dekat awalnya karena dia merupakan pihak yang mengurusi training user untuk modul tempat penempatan OJT saya. Rekor pulang termalam saya ya gara-gara dia, jam 22.30 tapi dia cukup bertanggung jawab mengantarkan saya pulang naik taksi :p. Selanjutnya Ramadhan kemarin kami sering buka dan sholat tarawih bareng karena kosan yang berdekatan. Kak Antie sering mereduksi jumlah yang harus saya bayar kalau kami makan bareng, malah kadang juga saya ditraktir. “Aku pernah jadi BPS juga, ntar kalo udah pengangkatan gantian kamu yang nraktir aku” katanya :lol:. Kalau mau bertanya soal kerjaan, Kak Antie juga bisa diandalkan karena kami bekerja pada modul yang sama.

Ada juga Kak Ucup, yang kalau dititipin sarapan kadang uangnya tidak mau diganti. Trus Kak Chan-Chan yang sering membayar ongkos transport dan mensubsidi bill-nya BPS sehingga kami membayar dalam jumlah yang lebih kecil dari yang seharusnya, dan masih banyak lagi. I’m glad for surrounded by those people, nice friends, great work place, I hope :p.

Sejauh ini tempat makan yang sudah kami jajah adalah Chicken Story, King Chef, Aljazeera, Nasi Uduk Cikini, Arabian Food Fest di La Piazza, KFC, Pizza Hut, Izzi Pizza, Steak n Shake, Mr. Pancake, dan entah apalagi.

This is the part of my journey as BPS; happy, tired, awesome, fun and priceless.

Friends Are The Siblings God Never Gave Us – Mencius

Iklan

2 pemikiran pada “Friends Are The Siblings God Never Gave Us

Habis maen komen dong :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s