When I Grow Up

Tentang Percaya

Setelah membaca postingan Mas Gusman, aku jadi teringat percakapan kami. Ya, tiap orang akan memiliki pandangan sendiri akan sesuatu dan hal ini juga dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya. Bukan, bukan aku tidak ingin mempercayai orang lain. Tapi menurutku pada akhirnya segala sesuatunya akan kembali pada Tuhan dan diriku sendiri. Jadi, apa gunanya menyandarkan sesuatu pada orang lain? Sementara orang lainpun punya kepentingan sendiri.

Aku menikmatinya. Melakukan hal ini itu, untuk sekarang ataupun untuk kehidupanku selanjutnya, dengan mempercayakan segalanya pada Tuhan dan diriku. Aku belajar. Pernah aku percaya dan dikecewakan, dan aku tak ingin berekspektasi maupun berspekulasi pada manusia. Dan dari teman baikku aku juga belajar “gada yang lebih mengenal kita selain God dan kita sendiri, tidak juga orang tua kita”. (Lagi-lagi) Dia benar.

Tentang Ekspektasi

Hal ini juga berhubungan dengan kesalahan dalam menaruh kepercayaan yang berlebihan pada orang lain. Kenapa ku sebut kesalahan? Karna hal ini pernah membuatku terlena, mengandalkan orang lain hingga (sebut saja) usahaku sendiri jadi ga maksimal. Dan hal ini menimbulkan ekspektasi. Harapan yang berlebihan ke orang. Hasilnya: kecewa. And i dont allow myself to expect something from other. It makes me feel happier ^^, karna banyak hal yang terjadi lebih dari apa yang aku bayangkan.

Tentang Tanggung Jawab

Bisa jadi, tanggung jawab itu datang walaupun itu bukan milikku. Tanggung jawab yang muncul karna keadaan, dan aku memilih untuk menerimanya. Bisa jadi, aku tidak bisa seenaknya berpolah dengan hidup dan rencana-rencanaku karna ada kehidupan lain yang dipercayakan padaku, yang mengandalkanku. Dengan ini aku belajar untuk menikmati setiap apa yang dipercayakan padaku, dan aku (belajar untuk) makin jarang mengeluh. Tapi tetap, tanggung jawab ini bukan portal yang akan menghentikanku berlari untuk bermimpi dan percaya bahwa suatu saat mimpi itu akan menjadi nyata.

Tentang Tujuan dan Mimpi

Kadang jadi hal yang sulit ketika kita disodori pertanyaan: apa tujuan hidupmu? Dan jawaban-jawaban klise mungkin yang banyak dilontarkan untuk mempercepat selesainya pembicaraan mengenai tujuan hidup ini. Tujuan dan mimpi jadi hal yang penting bagiku, karna ketika desakan hidup silih berganti berdatangan, tak jarang rutinitas harian begitu menghanyutkan, kedua hal itu adalah pijakan terkuat yang bisa dijadikan tempat bertumpu dan meluruskan arahku. Walau ga bisa dipungkiri, realita tak jarang membuat jalan kepadanya menjadi tersamarkan.

Tentang Pertemuan dan Perpisahan

Mengapa ada pertemuan dan perpisahan? Orang bertemu karna mereka sedang memiliki dan berada pada kepentingan yang sama. Dan mengapa orang berpisah? Ya karna mereka berada pada titik di mana kepentingannya sudah berbeda. Bisa ditebak kelanjutannya: masing-masing dari mereka akan bertemu dengan orang baru. Atau kasarannya (dikutip dari om-gendut-seorang-pengangguran-yang-susah-untuk-dikasih-perhatian) mah  ” tak ada lawan atau teman yang abadi..yang abadi adalah kepentingan, selama kepentingan sama lawan bisa jadi teman, begitu juga sebaliknya”.

Dan pada akhirnya aku akan berbicara tentang kebahagiaan. Ketika ada yang mengatakan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk bahagia, aku jadi mempertanyakan “berarti selama ini dia tidak bahagia bukan?”. Kebahagiaan terletak pada hati yang tak henti untuk bersyukur. Perhatikanlah “keajaiban-keajaiban” kecil yang terjadi pada dirimu setiap hari, syukurilah. Sebenarnya merugi sekali orang yang ga pandai bersyukur; hidupnya penuh dengan kekurangan, akan selalu mengeluh dan yang perlu diingat adalah sesungguhnya

Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (Al Mu’min: 61).

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)

“Happiness is not a station where you arrive at, it is the manner of a travelling” – M Lee Runbeck

Iklan

13 pemikiran pada “When I Grow Up

  1. keknya kau ngefans sekali sama si teman baikmu itu… siapa sih??? keren banget ya orangnya??? ghrakgrakgrakgrk *eh ehm..* mbruakakak =)) piss mpit ^^v

Habis maen komen dong :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s